Ekonomi

Bappeda Banten Tak Paparkan Solusi Atasi Pengangguran dan Kemiskinan

Muhtarom, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Banten tidak memaparkan apa solusi Pemprov Banten mengatasi kemiskinan dan pengangguran Banten tertinggi se-Indonesia.

Kepala Bappeda Banten malah memberikan pernyataan agar generasi muda harus kuat dan tidak boleh miskin.

Dalam Forum Discussion Group (FGD) yang digelar Fraksi PKS DPRD Banten, kemarin, Muhtarom, imbauan itu karena Banten memiliki potensi daerah yang luar biasa. Pengelolaan potensi menjadi tugas bersama.

Muhtarom memandang, Provinsi Banten saat ini bukan hanya menjadi penyangga Ibukota, tetapi ke depan akan menjadi sumber pembangunan nasional. “Namun pertanyaannya potensi apa yang dapat kita manfaatkan,” katanya.

Baca:

Potensi Perekonomian

Muhtarom merincikan, Banten memiliki beberapa potensi perekonomian, di antaranya potensi alam, dan infrastruktur bertarap internasional. Mulai dari Bandara, pelabuhan, dan kawasan industri.

“Potensi infrastruktur di Banten, memiliki Bandara Soekarno Hatta, tidak kurang dari 62 juta orang menggunakan bandara itu. Pelabuhan Tanjung Priok, Karakatau Steel, dan lainnya,” katanya.

Sementara untuk potensi alam di beberapa Kabupaten/Kota di Banten, dia menyebutkan, Kota Serang memiliki potensi perdagangan, jasa, dan perikanan tangkap.

Kota Cilegon memiliki potensi industri pengolahan dan energi. Kabupaten Lebak dan Pandeglang memiliki potensi pertanianan dan perkebunan, serta potensi pariwisata.

Kemudian Kota Tangerang Selatan memiliki potensi real estate (perumahan dan mall), dan industri makanan, minuman serta pakaian jadi. Kota Tangerang memiliki potensi industri pengolahan (industri TPT, Kulit, dan alas kaki), dan real estate (perumahan dan perdagangan).

Industri

Kabupaten Tangerang memiliki potensi industri pengolahan alas kaki, dan sektor energi (PLTU Lontar). Serta terakhir Kabupaten Serang memiliki potensi industri pengolahan alas kaki, pariwisata, perikanan, dan sektor energi (LPTBU Bojonegara).

“Potensi peluang investor membangun Banten di sektor industri sangat besar. Sebab Banten menjadi urutan kedua tujuan investasi. Banten pun menjadi andalan ekspor industri alas kaki,” katanya.

Kata dia, struktur perekonomian spasial di Kabupaten/Kota di Banten cukup kontras. Di tingkat kabupaten kota masih terjadi disparitas kemiskinan maupun pengangguran.

Di wilayah Banten bagian Selatan yang masih mengandalkan sektor pertanian memiliki tingkat kemiskinan yang relatif tinggi. Hal ini sangat berbeda dengan tingkat perekonomian di daerah utara yang mengandalkan sektor industri pengolahan.

Dipengaruhi Faktor

“Kemajuan daerah di Banten dipengaruhi oleh empat faktor. Diantaranya kesenjangan daerah, daya saing daerah, kemiskinan dan pengangguran, serta tata kelola pemerintahan,” katanya.

Muhtarom tidak menyinggung dikotomi yang terjadi di Banten. Dikotomi itu adalah tingkat investor yang tinggi dan banyaknya pabrik, ternyata Banten tetap tercatat sebagai angka pengangguran tertinggi di Indonesia.

Menurut BPS, Banten mencatat tingkat pengangguran terbuka 8,11% tahun 2019, lebih tinggi dari angka nasional 5,4%. Penyumbang tertinggi angka pengangguran itu adalah Kabupaten Serang 10,5%, disusul Kabupaten Tangerang dan Kota Cilegon.

Ketiga daerah itu mencatat banyaknya industri dan pemodal yang berinvestasi. Ironisnya, daerah itu yang mencatat pengangguran tertinggi.

Hingga saat ini belum ada paparan resmi dari Pemprov Banten untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan secara riil. Yang ada paparan soal potensi investasi dan potensi ekonomi yang hanya bisa dimanfaatkan oleh pemodal besar, bukan warga yang tak memiliki modal besar. (Sofi Mahalali)

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button