Asep Abdullah secara aklamasi terpilih sebagai Ketua Ikatan Alumni (IKA) Universitas Ageung Tirtayasa (Untirta) dalam Musyawarah Besar (Mubes) ke-VIII IKA Untirta periode 2019-2023 di Hotel Ledian, Kota Serang, Rabu (13/2/2019). Lelaki yang sehari-harinya sebagai pengacara itu mengusung program meningkatkan eksistensi dan kontribusi Alumni Untirta dalam berbagai level yang strategis di masyarakat.
“Program yang baik dari pengurus sebelumnya, akan kami teruskan dan kalau bisa ditingkatkan dengan kemampuan yang ada. Salah satunya adalah peningkatan UMKM dan enterpreneurship, termasuk isu-isu pengangguran dan lapangan kerja,” kata Asep Abdullah kepada wartawan seusai Mubes yang dihadiri Rektor Untirta, Sholeh Hidayat.
Soal pengangguran, misalnya, menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Banten terdapat 14.000 perusahaan kecil, menengah dan besar. “Pertanyaannya adalah mengapa masih ada pengangguran yang demikian besar di Banten? Tetapi di satu sisi, memang tidak terdapat kecocokan antara keahlian yang dibutuhkan lapangan kerja dengan keahlian yang ada di angkatan kerja. Ketidakcocokan ini bisa menyebabkan orang sini mati di lumbung padi,” katanya.
Asep Abdullah juga menyoroti soal investasi yang dibutuhkan di Banten. Sebab dengan investasi, berarti akan terbuka lapangan kerja di berbagai level mulai dari tenaga kerja kasar atau buruh hingga di tingkat manajemen.
Baca: Wagub: Sempat Berhenti 2018, Bantuan Keuangan Desa di Banten Naik Dua Kali
“Para investor ketika merealisasikan investasi juga menghadapi kendala. Contohnya PT Danon pada tahun 2008 sudah membeli lahan dan memiliki perizinan yang lengkap, tetapi ketika direalisasikan, masyarakat menolak. Hingga sekarang, tidak jelas bagaimana realisasi investasi tersebut. Hal serupa terjadi pada PT Mayora dan Gheotermal. Ada masalah dalam hal ini,” katanya.
Asep Abdullah menilai persoalan itu bisa muncul disebabkan para investor menggunakan konsultan dari luar Banten ketika merealisasikan investasi. Sebagian besar konsultan itu tidak mengetahui peta dan kultur setempat, menyebabkan penolakan yang keras yang pada akhirnya memacetkan realisasi investasi yang disepakati.
“Karena itu, kami mengimbau agar para investor dan aparat pemerintah untuk menggunakan konsultan dari lokal, atau setidaknya dilibatkan untuk memberikan masukan-masukan yang bisa membantu dalam mengatasi hambatan dari masyarakat,” katanya.
Sedangkan menyoal kondisi politik, IKA Untirta berusaha tidak menjadi subordinat suatu partai manapun. “Soal sikap, kami nanti akan melakukan rapat untuk menentukan apakah IKA Untirta bersiat netral atau memihak dalam Pilpers atau Pileg. Ini barangkali rapat yang harus segera dilakukan agar bisa menjawab anggota IKA Untirta yang juga banyak terlibat dalam tim sukses salah satu caon atau menjadi caleg,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor Untirta Sholeh Hidayat mengatakan, peran IKA Untirta sesungguhnya sudah terjadi peningkatan di berbagai bidang. Namun ini harus lebih ditingkatan agar peran, posisi dan kontribusi para alumni Untirta itu semakin jelas. “Kami menunggu apa yang bisa dilakukan para alumni untuk mewujudkan lulusan yang berkarakter,” katanya. (Adityawarman)