Ekonomi

Petani Ketimun di Lebak Mampu Berpenghasilan Rp10 Juta Per Panen

Sejumlah petani ketimun di Kabupaten Lebak, Banten mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga dengan penghasilan Rp10 juta per musim panen.

“Kita mengembangkan tanaman hortikultura jenis ketimun bandana dan menguntungkan,” kata Aminudin (50) seorang petani di Pasir Tanjung Kabupaten Lebak, Minggu (13/7/2025).

Pertanian ketimun benih varietas bandana yang didatangkan dari Jawa Timur mampu meningkatkan kesejahteraan pendapatan ekonomi petani.

Sebab, produksi ketimun bandana dari tanam seluas empat petak atau ukuran lahan 800 meter persegi bisa menghasilkan produktivitas dua ton per masa panen 40 hari setelah tanam. Sedangkan, sebelumnya tanam ketimun benih lokal hanya produktivitas 1,5 ton.

Produktivitas produksi panen dua ton, kata dia, jika harga di pasaran Rp5.000 per kilogram (kg) maka bisa menghasilkan pendapatan ekonomi Rp10 juta per musim panen.

Dari pendapatan Rp10 juta bisa meraup keuntungan bersih sekitar Rp6 juta setelah dipotong biaya pengelolaan tanam Rp 4 juta.

“Pendapatan bersih Rp6 juta itu tentu mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga,” katanya.

Begitu pula Yana (55) petani Warunggunung Kabupaten Lebak mengaku dirinya panen ketimun bandana memiliki keunggulan, selain produktivitas tinggi juga tahan terhadap serangan hama.

Selain itu juga pemeliharaan atau perawatan tidak begitu mahal bisa menggunakan pupuk organik dari kotoran ternak, seperti kerbau, sapi unggas melalui permentasi.

“Kami sekarang panen ketimun bandana sekitar dua ton dan ditampung pengepul Rp5.000 per kg, sehingga menghasilkan pendapatan Rp10 juta per musim panen,” katanya.

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar mengatakan, saat ini produksi ketimun dapat memenuhi sejumlah pasar tradisional di daerah ini yang dipasok dari petani lokal.

Artinya, kata dia, produksi ketimun tidak dipasok lagi dari sejumlah daerah di Jawa Barat.

“Kami minta petani lokal terus meningkatkan produksi sayuran dataran rendah, seperti ketimun, pare, oyong, kacang panjang,terung, bayam, kangkung,” katanya.

Menurut dia, pertanian sayuran dataran rendah dibudidayakan di lahan yang lokasinya berdekatan dengan aliran sungai, karena mudah untuk mendapatkan pasokan air dengan penyedotan melalui pompanisasi.

Selain itu juga di lahan – lahan areal persawahan yang terdapat pasokan air dari sarana jaringan irigasi.

Petani sayuran dataran rendah kini cukup dilirik petani lokal , karena bisa menghasilkan pendapatan ekonomi jangka pendek yakni 40-60 hari setelah tanam.

Produksi sayuran dataran rendah juga dipasok ke pasar tradisional di daerah ini juga ke Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang.

“Kami mengapresiasi kehidupan ekonomi petani sayuran dataran rendah, termasuk ketimun bandana dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga mereka,” kata Deni. (Pewarta : Mansyur Suryana – LKBN Antara)

Iman NR

Back to top button