Aplikasi Ojol Muhammadiyah, Zendo Tuai Kritikan di Medsos
Aplikasi ojek online (ojol) punya Muhammadiyah, Zendo tuai kritikan dari netizen di media sosial.
Layanan ojol ini dikabarkan akan memperluas jaringannya di tahun 2025, untuk bisa membantu banyak konsumen agar memenuhi kebutuhan.
Aplikasi pesaing Gojek dan Grab ini mencapai 700 orang. Sudah ada 2.000 mitra layanan, hingga lebih dari 100.000 pengguna aktif.
Ternyata, Zendo tidak akan menerapkan biaya layanan atau admin fee untuk pemesanan makanan maupun antar jemput.
Bila dibandingkan dengan aplikasi ojol lainnya yang ada di Indonesia. Mereka menerapkan biaya layanan sebesar 30 persen.
Aplikasi ojol milik Muhammadiyah ini memastikan akan memberikan haga terbaik bagi pelanggan dan pendapatan yang adil bagi para mitra driver yang sudah daftar.
Meski begitu, aturan untuk menjadi pengemudi Zendo ini menuai kritikan pedas hingga mendatangkan kontra dari netizen di media sosial.
Terdapat beberapa hal yang menjadi kritikan yaitu terkait jam kerja hingga regulasi yang dinilai merugikan driver.
Dalam aturan regulasi pada aplikasi tersebut, driver harus selalu menghidupkan platform ini saat jam kerja berlangsung.
Arif Novianto membagikan deretan aturan Zendo untuk driver ini diunggah di akun X @arifnovianto_, pada Selasa (14/1/2025) lalu.
Dia menulis bahwa aturan untuk driver yang baru mendaftar tidak diperbolehkan mengambil libur pada 2 minggu awal dirinya bekerja.
Sedangkan untuk driver yang bergabung sejak awal, hanya diperbolehkan libur satu kali seminggu di hari kerja (selain Minggu dan Senin).
Bahkan, driver juga dilarang memilih orderan atau menolak yang masuk di aplikasi tersebut.
Soal kritikan tersebut, Sekjen Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU), Ghufron Mustaqim menyebut regulasi ini sudah dipikirkan sesuai kondisi lapangan.
“Soal syarat dan ketentuan bagi tim dan driver Zendo yang tersebar di publik, ini merupakan dari hasil perahan 9 tahun untuk merespon kondisi rill lapanggan,” tulisnya di X.
“Jadi merespon kondisi rill lapangan (tipu – tipu, motivasi kerja, standar pelayanan dan sebagainya) hanya bisa dipahami apabila kita menekunin di lapangan,” tulisnya menambahkan.
Di sisi lain, skema bagi hasil 20 persen ini digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh mitra driver.
Namun, CEO sekaligus Founder Zendo, Lutfy Azizah tak menyebut soal bagaimana cara aplikasi milik Muhammadiyah ini meningkatkan kesejahteraan mitra driver dengan skema bagi hasil tersebut.
“Pastinya kita mementingkan semua driver ya. Tidak sampai 50 persen, di angka 20 persen untuk bagi hasilnya,” katanya.
Editor: Abdul Hadi