Kesehatan

Tak Dapat Obat Tuberkulosis, 3 Warga Baduy Dalam Meninggal

Koordinator Sahabat Relawan Indonesia (SRI), Muhammad Arif Kirdiat menyebutkan selama dua bulan terakhir tiga warga Baduy Dalam yang tinggal di Kampung Cibeo, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, meninggal akibat tidak mendapatkan obat tuberkulosis atau TBC.

“Kami sudah menyampaikan permintaan obat tuberkulosis atau TBC pada Puskesmas Cisimeut dan Dinas Kesehatan, namun tidak ada realisasi,” kata Muhammad Arif saat ditemui di Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Cijahe, Kabupaten Lebak, Selasa (5/11/2024).

Ketiga warga Baduy yang meninggal itu adalah Ayah Rasad (35), Sanadi (25) dan Janeah (35). Ketiga warga Baduy Dalam itu positif TBC setelah hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan SRI.

“Kami sangat menyayangkan tidak adanya obat TBC itu, sehingga mereka meninggal dunia,” ucapnya.

Sementara itu Ardi, seorang warga Baduy Dalam mengaku pihaknya merasa terbantu kehadiran SRI melakukan pengobatan dan pemeriksaan kesehatan, termasuk penyakit TBC karena sangat dibutuhkan untuk penyembuhan.

“Kami pernah mengalami kaki bengkak hingga tidak bisa berjalan dan diobati oleh SRI sembuh hingga sekarang,” katanya.

Sementara itu Pelaksana Harian (Plh) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, Budi Mulyanto mengatakan semua pasien TBC yang tersangka harus dilakukan Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk mendapatkan pengobatan rutin selama 6-12 bulan.

Kasus TBC yang ditemukan petugas puskesmas, klinik, balai pengobatan, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan lainnya harus dilakukan TCM, kata dia, jika mereka diagnosis positif TBC akan mendapatkan pengobatan.

Begitu juga relawan kesehatan yang menemukan kasus TBC, lanjut dia, tentunya berkoordinasi dengan puskesmas setempat agar mendapatkan pemeriksaan kelanjutan. Sebab bila dilakukan pemeriksaan dan pengambilan dahak, belum tentu mereka dinyatakan positif diagnosis TBC.

Karena itu, lanjutnya, semua pasien diduga TBC harus dilakukan TCM dan mereka mendapatkan pengobatan rutin selama 6-12 bulan tanpa putus dan perlu adanya Pengawasan Minum Obat (PMO) dari keluarga pasien.

“Kami menyalurkan obat TBC itu secara gratis dan bisa sembuh jika PMO itu baik dan dipatuhi pasien tanpa putus selama pengobatan,” kata Budi. (Mansyur Suryana – LKBN Antara)

Editor Iman NR


Iman NR

Back to top button