Topeng Kebaikan: Fino Badut Hadirkan Sukacita di Tengah Bencana
Aldi Reihan, founder Fino Badut menceritakan pertama kali dirinya menjadi badut pada saat tsunami di Selat Sunda pada tahun 2018, tepatnya pada tanggal 25 Desember.
Aldi juga mengaku resah dan sedih pada saat terjadi Tsunami di Selat Sunda karena mendapatkan kiriman pesan WhatApps dari rekannya yang menangani kebencanaan tersebut.
“Dari situlah terpikirkan menghibur pakai media badut, dan untuk pertama kalinya menjadi badut,” ucap Aldi Reihan saat diwawancara melalui WhatApps, Selasa (26/3/2024).
Kemudian, Aldi menyampaikan terkait hal yang membuatnya tertarik menggunakan kostum badut, karena badut itu sosok yang lucu, dan sosok datangnya bikin bahagia anak – anak.
“Untuk itu kehadiran Fino Badut ini memang daya tarik untuk anak – anak. Jadi sebagai upaya dukungan psikososial di tempat bencanaan, dan juga media untuk menyampaikan trauma healing terhadap anak – anak, serta peran badut dalam membawa keceriaan,” jelasnya.
Tak hanya itu, Fino Badut ini memiliki peran sangat penting pada saat terjadinya bencana di tahun tersebut.
Aldi Reihan menjelaskan hadirnya badut kemanusiaan tersebut untuk membuat kedekatannya dirinya sebagai relawan menjadi lebih akrab kepada anak – anak.
“Dan harapannya memang, Fino Badut ini memang menjadi media atau menjadi ikon kami untuk menghibur anak – anak yang terdampak bencana,” harapnya.
Selain itu, Aldi juga mengungkapkan tantangan terbesar saat menjadi badut kemanusiaan yaitu beradaptasi saat menjadi badut, mengkondisikan anak –anak, dan belajar sulap.
“Karena waktu itu memang saya masih menjadi mahasiswa, dan terjun kedunia badut itu pertama kali. Fino Badut ini difokuskan untuk kegiatan sosial, jadi tidak menerima ulang tahun dan sebagainya,” tuturnya.
Seiring berjalannya waktu tantangan menjadi bertambah, Aldi mengatakan tantangannya lebih kepada transportasinya.
“Karena jarak dari tempat tinggal para relawan ke tempat lokasi cukup jauh, dan suasana juga sedang bencana. Sehingga transportasinya tidak memadai. Makanya kita sangat survive waktu itu” katanya.
Aldi juga menceritakan pengalaman yang sangat inspirasi pada saat anak – anak tersenyum dan bahagia.
“Hal itu yang sangat berkesan, karena membahagiakan mereka adalah membahagiakan diri sendiri,” jelasnya.
Aldi juga mengatakan hadirnya Fino Badut ini untuk memulihkan anak – anak trauma paska bencana Selat Sunda.
Aldi juga menegaskan bahwa Badut Fino ini bukan badut komersial, dan berbeda pada badut umumnya.
“Jadi Badut Fino ini dikhususkan untuk kegiatan kemanusiaan, dan kebencanaan. Dan fokusnya di sosial,” jelasnya.
Untuk mendukung misi kemanusiaannya, Aldi Reihan berharap orang – orang bisa membantu tenaga untuk terjun langsung sebagai relawan.
Selain membantu tenaga, orang lain juga bisa membantu ide program untuk melancarkan misi kemanusiaannya.
Terakhir, orang lain juga bisa memberikan donasi baik itu berupa uang, kostum badut, atau apapun itu yang bermanfaat untuk menunjang kegiatan selanjutnya.
Abdul Hadi