Mozaik

Musyawarah Kubro di Lirboyo, KH Matin Syarkowi: Ini Seruan Islah Murni Atas Konflik Internal PBNU

A’wan PBNU, KH Matin Syarkowi menegaskan bawha Musyawarah Kubro di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri merupakan seruan islah murni dan tidak layak dicurigai sebagai agenda tersembunyi atas konflik internal PBNU.

KH Matin Syarkowi mengaku mengikuti jalannya Musyawarah Kubro secara daring melalui Zoom Meeting. Ia mengaku sempat berencana hadir langsung ke Lirboyo. Namun, keterbatasan waktu membuat rencana itu urung terlaksana. Meski begitu, ia memastikan tetap mengikuti setiap proses dan pembahasan dengan penuh perhatian.

“Saya mengikuti Zoom Meeting dengan saksama. Sebenarnya ingin datang langsung ke Lirboyo dan sowan kepada para masyaikh, tapi waktu tidak memungkinkan,” ujar KH Matin saat ditemui di Pondok Pesantren Al-Fathaniyah Tengkele, Cipocok Jaya, Kota Serang, Minggu, 21 Desember 2025.

Menurut KH Matin, berbagai pandangan dan masukan yang disampaikan dalam Musyawarah Kubro mencerminkan nilai-nilai Islam yang mengedepankan kebijaksanaan dan jalan tengah untuk mengatasi konflik internal PBNU.

Ia menilai musyawarah adalah pilihan terbaik dalam menyelesaikan persoalan, terutama ketika konflik berpotensi menimbulkan perpecahan.

“Pandangan para masyaikh itu adalah jalan yang baik. Tidak ada jalan yang lebih tepat selain jalan Islah,” katanya.

Ia menekankan bahwa Musyawarah Kubro bukan sekadar forum seremonial. Hasilnya, kata dia, harus menjadi rujukan penting bagi pihak-pihak yang sedang berhadapan atau berkonflik.

Musyawarah ini dipandang sebagai wadah untuk mencari solusi bersama dengan landasan keilmuan, kebijaksanaan, dan tradisi keulamaan.

“Forum Musyawarah Kubro di Lirboyo harus benar-benar didengar dan diperhatikan oleh pihak-pihak yang sedang berkonflik,” ujar KH Matin.

Terkait kehadiran Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf beserta jajaran PBNU dalam forum tersebut, KH Matin menilai hal itu sebagai sesuatu yang wajar. Ia meminta publik untuk tidak terjebak pada prasangka yang belum tentu memiliki dasar kuat.

“Bagi saya, yang terpenting adalah substansinya. Ini adalah seruan Islah,” ucapnya.

KH Matin menjelaskan, dalam setiap seruan Islam selalu ada pihak yang mencoba memperdebatkan hal-hal di luar substansi.

Padahal, yang seharusnya menjadi fokus utama adalah hasil dan manfaat dari seruan tersebut bagi umat.

“Seruan Islah itu jelas output-nya. Output-nya adalah solusi dan kebaikan. Jangan justru mendahulukan dugaan-dugaan yang belum tentu benar,” katanya.

Ia juga menanggapi isu mengenai kemungkinan adanya kepentingan tertentu di balik kehadiran pimpinan PBNU.

Menurut KH Matin, anggapan semacam itu tidak perlu dibesar-besarkan. Kehadiran pimpinan organisasi dalam forum musyawarah merupakan hal yang lumrah dan dapat dipahami.

“Kalau kehadiran ketua dianggap ada kepentingan, menurut saya itu bukan masalah. Kalau saya Rais Aam, saya juga akan hadir,” ujarnya.

KH Matin mengingatkan bahwa sikap saling curiga justru berpotensi memperkeruh suasana dan menjauhkan umat dari tujuan utama musyawarah. Ia mengajak semua pihak untuk kembali pada esensi dialog, yakni mencari titik temu dan menjaga persatuan.

“Jangan mendahulukan dugaan-dugaan. Itu tetap saja dugaan,” ucapnya.

Ia berharap hasil Musyawarah Kubro dapat diterima dengan pikiran jernih dan dijadikan pijakan bersama untuk meredakan ketegangan yang ada.

KH Matin juga berharap para tokoh NU, termasuk Rais Aam PBNU, dapat mendengar serta mempertimbangkan suara dan rekomendasi yang lahir dari forum tersebut demi kebaikan umat dan keutuhan organisasi. (Taufik Hidayat)

Iman NR

Back to top button