Christine Hakim Terima Lifetime Achievement Award di Malaysia
Artis senior Christine Hakim menerima Lifetime Achievement Award di Malaysia Golden Globe Award (MGGA) 2024.
“Ini perjalanan yang cukup panjang, saya baru menyadarinya,” kata Christine sesaat setelah menerima penghargaan Lifetime Achievement Award di MGGA 2024, Kuala Lumpur, Sabtu (27/7/2024).
Christine Hakim yang merayakan 50 tahun berkarya dalam seni peran ini mengakui sebagai suatu kehormatan menerima penghargaan itu, khususnya bersama dengan sutradara Jepang Hirokazu Kore-eda.
Perempuan kelahiran Kuala Tungkal, Jambi, 67 tahun lalu itu mengatakan perjalanan panjang kariernya hingga dapat menerima penghargaan itu tentu tidak hanya di industri film saja, tetapi juga dalam hidupnya.
Penerima enam kali penerima Piala Citra itu, mengatakan belajar banyak hal di setiap langkahnya dan film merupakan sekolah dan universitas baginya. “Jadi sampai sekarang saya masih terus belajar sampai Tuhan menghendaki saya berhenti,” katanya.
Christine juga mengaku sudah pernah hendak berhenti berakting, namun ternyata tidak berhasil. Karenanya ia mengatakan akan terus menyebarkan cinta melalui film.
Pemeran Cut Nyak Dhien dalam film Tjoet Nja’ Dhien garapan Eros Djarot itu hadir di Kuala Lumpur tidak hanya untuk menerima penghargaan, tetapi juga mengikuti Malaysia International Film Festival pada 21-28 Juli.
Ia juga sempat mengisi sesi “Christine Hakim’s Masterclass: The Drive of the Journey” di festival film itu pada Jumat (26/7) di GSC Lalaport BBCC, Kuala Lumpur.
Sementara itu, film Serambi besutan sutradara kenamaan Garin Nugroho yang diproduseri oleh Christine Hakim juga ikut diputar dalam festival film tersebut.
Dikutip idwikipedia, Herlina Christine Natalia Hakim yang lahir 25 Desember 1956 adalah seorang pemeran, produser, dan aktivis berkebangsaan Indonesia.
Christine merupakan aktris berketurunan campuran, dengan kerabatnya yang berasal dari Aceh, Minang, Jawa dan Timur Tengah.
Dia lahir di Jambi dan besarnya di Yogyakarta yang bercita-cita menjadi seorang arsitek atau psikolog. Cita-citanya berubah setelah ia ditemukan oleh Teguh Karya untuk filmnya pada tahun 1973 Cinta Pertama, sebuah peran yang menghantarkannya meraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik dan membuatnya yakin untuk meneruskan kariernya dalam dunia seni peran.
Sejak saat itu, ia telah membintangi sejumlah film, termasuk film Badai Pasti Berlalu tahun 1977 dan Tjoet Nja’ Dhien tahun 1988. Dia juga memiliki peran minor dalam film Hollywood tahun 2010 Eat Pray Love.
Hingga 2018, ia telah mendapatkan delapan Piala Citra, menerima penghargaan seumur hidup dari Festival Film Indonesia, Indonesian Movie Actors Awards dan Festival Film Internasional Cinemanila, serta ditunjuk sebagai anggota juri pada ajang Festival Film Cannes 2002.
Christine mulai melebarkan sayapnya di dunia seni peran pada tahun 1998, berperan sebagai produser film Daun di Atas Bantal dan Pasir Berbisik serta kemudian melebar ke dalam pembuatan film dokumenter dan menjadi aktivis pendidikan dan autisme.
Mulai tahun 2008, ia telah menjabat sebagai Duta Indonesia untuk UNESCO, dengan fokus pada masalah pendidikan. (Virna P Setyorini –LKBN Antara)
Editor Iman NR