Ekonomi

Harga Gabah di Lebak Tembus Rp8.200 /Kg, Dikeluhkan Penggilingan

Harga gabah kering di tingkat penggilingan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten sejak satu pekan terakhir menembus Rp8.200 per kilogram akibat permintaan beras di pasaran naik drastis.

“Kami sekarang kesulitan untuk mendapatkan pasokan gabah kering dari petani,” kata Ketua Kelompok Tani Sukabungah Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Ruhiana di Lebak, Rabu (15/11/2023).

Harga gabah kering sebelumnya Rp7.500 per kilogram, namun sekarang mencapai Rp8.200 per kilogram, sehingga melebihi harga pembelian pemerintah (HPP) Rp5.100 per kilogram berdasarkan ketentuan Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Kenaikan harga gabah itu akibat dampak kemarau panjang dan dipastikan jadwal tanam mundur pada November – Desember 2023.

Saat ini, kata dia, mereka petani yang memasuki panen relatif kecil, sehingga harga gabah terjadi kenaikan.

“Kami sekarang hanya bisa memproduksi beras sekitar satu ton per pekan, karena menipisnya pasokan gabah kering itu ,” katanya menjelaskan.

Menurut dia, saat ini terjadi kenaikan harga gabah di tingkat petani itu, karena dampak kemarau panjang sehingga banyak tanaman padi gagal panen.

Selain itu juga permintaan beras untuk pasar cenderung meningkat, sehingga dapat memicu kenaikan gabah di tingkat penggilingan.

Saat ini, kata dia, harga beras jenis medium antara Rp12.800 sampai Rp13.600/kilogram.

“Kami meyakini pasokan gabah dipastikan panen pada Februari 2024, karena saat ini sudah melakukan gerakan tanam menyusul tibanya musim hujan,” kata Ruhiana.

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan pemerintah daerah merasa senang jika harga gabah kering di tingkat penggilingan Rp8.200/kg dan lebih tinggi dibandingkan HPP Rp5.100/kg.

Melonjaknya harga gabah itu dipastikan tingkat pendapatan ekonomi petani lebih baik dan dapat bermuara meningkatkan kesejahteraan kehidupan keluarga mereka.

Jika panen menghasilkan produktivitas gabah basah panen rata-rata lima ton dengan harga Rp8.200 /kg maka pendapatan petani bisa mencapai Rp40 juta lebih per hektare, Sedangkan, biaya produksi Rp10 juta/hektare.

“Kami mendorong petani agar melakukan percepatan tanam karena saat ini curah hujan cukup tinggi,” kata Deni.

Demi menyebutkan, pemerintah Kabupaten Lebak berkomitmen untuk meningkatkan produksi pangan khususnya pertanian padi sawah dan padi gogo guna mendukung kedaulatan pangan masyarakat.

Selama ini, produksi pangan di Kabupaten Lebak menjadi andalan ekonomi petani juga mampu memasok beras sekitar lima persen ke DKI Jakarta, Jawa Barat dan Lampung.

Karena itu, produksi beras tahun ini ditargetkan 450 ribu ton dan mampu menyumbangkan produksi pangan nasional.

“Kami berharap produksi pangan bisa terealisasi dengan tibanya musim hujan itu,” katanya. (Mansyur Suryana – LKBN Antara)

Editor Iman NR

*) Berita ini bagian dari kejasama diseminasi LKBN Antara dengan MediaBanten.Com.

Iman NR

Back to top button