Miris, Kemiskinan Banten Terus Bertambah Selama Pandemi Covid 19
Miris, meski Pemprov Banten telah mengeluarkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS), ternyata penduduk miskin terus bertambah. Terlihat dari data BPS yang disampaikan, angka kemiskinan Banten menjadi 6,63 persen.
Selama pandemi covid-19, Banten yang dipimpin oleh Wahidin Halim dan Andhika Hazrumy, penduduk miskinnya bertambah 1,34 persen hanya dalam waktu enam bulan saja, sejak Maret hingga September 2020.
“Hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin sebanyak 81,65 ribu orang dari 775,99 ribu orang pada Maret 2020, menjadi 857,64 ribu orang pada September 2020,” kata Kepala BPS Banten, Adhi Wiriana di Serang, kemarin.
Adhi mengatakan berdasarkan data BPS persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada bulan Maret 2020 sebanyak 472,84 ribu orang (5,03 persen), namun di September 2020 meningkat sebanyak 540,15 ribu orang (5,85 persen). Angka tersebut meningkat secara keseluruhan sebanyak 67,31 ribu orang.
Baca:
Begitu pula untuk persentase penduduk miskin di daerah pedesaan mengalami peningkatan yaitu (dari 303,14 ribu orang (8,18 persen) pada Maret 2020 menjadi 317,49 ribu orang (8,57 persen) pada September 2020, atau sebanyak 14,35 ribu orang.
“Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan yaitu sebesar 5,03 persen naik menjadi 5,85 persen. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan sebesar 8,18 persen naik menjadi 8,57 persen,” katanya.
Peningkatan persentase kemiskinan Banten terjadi di daerah perkotaan tersebut disebabkan karena wilayah Banten relatif didominasi wilayah industri yang cendrung banyak di perkotaan seperti Tangerang Raya, Kota Serang dan Cilegon.
“Karena di Banten ini wilayah perkotaan relatif banyak kawasan perindustrian seperti Tangerang Raya, kemudian Cilegon dan Serang dan sebagianya. Jadi lebih terdampak pandemi dibandingkan pedesaan,” ungkapnya.
Ia juga menyebutkan, pada komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non makanan yaitu sebesar 71,89 persen.
Dari jenis komoditi makanan tersebut yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, susu bubuk, serta kopi bubuk dan kopi instan.
Sementara komoditi non makanan penyumbang terbesar di perkotaan dan perdesaan yaitu biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan perlengkapan mandi.
“Ternyata untuk garis kemiskinan daerah perkotaan itu membelikanya untuk rokok keretek dan ini harus kita waspadai,” kata dia. (Yandhi Deslatama)