Pengalaman Konsumen Lewat Kemasan Edible Ramah Lingkungan
Penggunaan plastik dalam kemasan merupakan hal yang wajar ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Tentu, hal ini menjadi masalah lingkungan apabila tidak ada solusi untuk menggantikan bahan plastik.
Salah satu solusi inovatif yang sedang dikembangkan oleh dosen dan mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) adalah edible film, yaitu bahan pembungkus makanan yang dapat dimakan dan ramah lingkungan.
Penulis: Ken Chinda Bumi Al Kautsar, Logistik Kelautan UPI Serang *)
Program pengabdian masyarakat ini berlangsung di Laboratorium Supply Chain Management pada Rabu (25/9/ 2024).
Program pengabdian masyarakat terkait edible film difokuskan pada pengenalan dan pelatihan kepada mahasiswa Program Studi Logistik Kelautan pada mata kuliah Kewirausahaan.
Kegiatan ini melibatkan pengenalan bahan dasar edible film berupa gelatin sapi yang mudah ditemukan dan diolah.
Selain itu, mahasiswa juga diajak untuk memahami teknik pembuatan kemasan dan langsung melakukan uji coba membuat kemasan untuk produk kopi dan krimer yang dikemas menggunakan edible film.
Nantinya, produk yang telah jadi akan disajikan dengan air panas agar edible film bisa ikut larut bersama kopi dan krimer.
Menurut salah satu dosen yang terlibat, Melia Handayani, S.Pd., MBA, penggunaan edible film sudah lebih maju di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Jepang.
“Di negara-negara maju, edible film menjadi kemasan yang populer dalam berbagai produk makanan dan minuman,” katanya.
Contohnya, kata Melia, di Amerika, buah-buahan segar dilapisi edible film sehingga memperpanjang masa simpan.
Tidak hanya menawarkan solusi ramah lingkungan, edible film juga berpotensi meningkatkan nilai ekonomi produk makanan.
Dengan demikian, mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kewirausahaan diharapkan mampu menciptakan produk dengan kemasan edible film.
Adapun tantangan yang dihadapi dalam penerapan edible film oleh mahasiswa adalah minimnya pengalaman dalam pengolahan edible film.
Beberapa percobaan menghasilkan produk yang berhasil dengan ketebalan sesuai, sementara yang lainnya tidak.
Edible film yang berhasil dibuat karena lapisan yang dioleskan tidak terlalu tebal, dengan suhu 35°C dan waktu pengeringan selama 2 jam 30 menit menggunakan dehidrator.
Penggunaan edible film dalam pengemasan makanan merupakan sebuah kemajuan dalam mengurangi dampak negatif limbah plastik.
Dengan adanya kegiatan pengabdian masyarakat ini, diharapkan semakin banyak mahasiswa yang menerapkan penggunaan kemasan ramah lingkungan seperti edible film dalam produk-produk kewirausahaan mereka.
Seperti yang dikatakan oleh dosen yang terlibat, Ma’ruf, S.T., M.Sc., bahwa dengan adanya program pengabdian masyarakat ini, semakin banyak mahasiswa yang bisa memanfaatkan produk edible film dan fasilitas laboratorium lainnya untuk kegiatan kewirausahaan.
Editor: Abdul Hadi