Opini

Siapa Yang Akan Terpilih Dalam Pilpres 2024?

Siapa yang akan terpilih dalam Pilpres 2024 ? Apakah pasangan 01, pasangan 02 atau pasangan 03 Mungkin masing-masing dari kita sudah bisa memprediksi hal tersebut dari berbagai sudut pandang, hitungan survey dan lain sebagainya.

OLEH: ANDIKA HAZRUMY *)

Kemampuan menterjemahkan kemenangan pada terpilihnya salah satu calon dalam Pilpres merupakan logika berpikir yang paling rendah dalam politik.

Memilih salah satu kontestan dalam pemilu, yaitu pilpres akan lebih banyak ditentukan oleh subjektifitas dalam area probabilitas. Area probabilitas selalu disertai dengan sejumput harapan semoga benar. Semoga tidak salah. mungkin terlalu kasar jika dibilang judi.

Subjektifitas dalam memilih ditentukan oleh sentiment kelompok, faktor lingkungan, kebencian, rasa suka, selera, kekuatan rekayasa arus informasi dan kepentigan politik, bahkan dipengaruhi oleh imbalan tertentu untuk memilih.

Bisa juga karena kekuatan narasi-narasi yang menakutkan – jika si ini jadi maka akan begitu dan jika si itu yang jadi maka akan begini. Artinya polarisasi politik merupakan residu demokrasi yang sengaja diproduksi oleh elit-elit politik.

Mengapa ada fanatisme terhadap salah satu pasangan calon? Mengapa ada tim sukses? Karena ada kepentingan materi dan kekuasaan. Outputnya: dekat dengan akses kekuasaan akan memberikan privilege, juga posisi yang terhormat dalam masyarakat.

Objektifitas dari masing-masing Paslon adalah sama-sama memiliki perspektif, asumsi dan janji serta tujuan yang sama, yakni menjadikan Indonesia lebih baik, seperti menegakkan hukum dan keadilan, memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan memperhatikan lingkungan yang berkelanjutan.

Ketika masing-masing paslon mencoba memancing emosi pasangan calon lain, atau “menjatuhkan” atau mengkritik serta memposisikan pada posisi yang bersalah atas masa lalunya maka area ini adalah wilayah membangun pengaruh kepada calon pemilih untuk menunjukkan siapa paslon yang lebih baik.

Bukan pada wilayah substansi. Selalu ada dua sudut pandang: benar dan salah dari dua sudut perspektif yang saling mengisi – membenarkan dan menyalahkan. Ada pula pemilih yang memilih karena alasan gimik dan fisik.

Kontestasi politik akan melibatkan objektifitas pemilih untuk memutuskan pilihannya bahkan pemilih akan objektif dalam emosinya jika masing-masing pasangan calon berbeda secara ideologi.

Polarisasi yang muncul juga menjadi bagian yang wajar sebagai dampak dari perbedaan sistem nilai yang dibawa oleh para Paslon. Dalam pilpres 2024, semua pasangan calon dalam basis ideologi yang sama, sistem nilai yang sama dan kemampuan yang sama.

Lalu apa yang membedakan diantara para paslon? Mungkin terlalu gegabah untuk mengatakan perbedaannya pada selera pemilih.

Namun bisa jadi perbedaan selera adalah jawaban yang tepat karena berapa persen dari pemilih yang sungguh-sungguh mau membuka dan membaca lembar demi lembar profile paslon, program paslon dan mempelajari track record paslon secara detail, meluangkan waktu berjam-jam membaca secara seksama setiap informasi pasangan calon.

Kebanyakan dari calon pemilih akan memilih salah satu pasangan calon karena alasan ketidaksukaannya pada pasangan calon yang lain. Lalu benarkah anda memilih hanya karena persoalan selera? (*)

*) ANDIKA HAZRUMY adalah akademisi sekaligus politisi muda yang pernah menjadi Wakil Gubernur Banten. Dan saat ini tengah bersiap kembali mengikuti kontestasi pada Pemilu 2024.

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button