Opini

Sampah Plastik Jadi Sebuah Dilema, Dibutuhkan Tapi Efeknya Sangat Merusak

Sampah Plastik, dengan semua kemudahan dan kepraktisan yang diberikannya, telah menjadi bumerang terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Sampah plastik dapat mencemari tanah, air, dan udara, selain itu juga dapat mengancam biota laut dan ekosistem secara keseluruhan.

OLEH: KELOMPOK 8 KELAS 4E ILMU KOMUNIKASI UNTIRTA

Dilema pun muncul. Di satu sisi plastik membantu, namun di sisi lain plastik juga berpotensi menghancurkan.

Plastik adalah barang yang setia menemani kehidupan kita. Ia kerap hadir di berbagai kesempatan dan menolong dalam setiap kesulitan.

Ia bisa mengakomodasi berbagai kegiatan sehingga menjadi lebih efisien dan fleksibel. Disadari atau tidak, penggunaan plastik tak bisa dihindarkan sekalipun dalam skala kecil, terlebih sekarang banyak produk yang memakai kemasan plastik.

Tentu inovasi zaman ini patut disyukuri karena mengantarkan kita pada kemudahan, tetapi siapa sangka, lambat laun, plastik justru mendatangkan malapetaka. Nyatanya, berpangku tangan dalam kenikmatan terkadang membuat manusia lupa peran.

Dunia sudah tua, kalimat itu kerap dilontarkan sebagai tamparan terhadap manusia yang tega merusak lingkungan, salah satunya adalah menggunakan plastik secara eksesif dan membuangnya sembarangan.

Hal ini diikuti dengan tingginya angka kebutuhan plastik hingga akhirnya memunculkan sampah yang berdampak serius terhadap kesehatan lingkungan.

Indonesia adalah penyumbang terbesar ke dua untuk sampah plastik di laut setelah Tiongkok, dengan perkiraan menunjukkan bahwa sampah plastik menyumbang sekitar 10% dari populasi plastik global.

Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), pada sepanjang tahun 2022 ada 69 juta ton yang di hasilkan masyarakat Indonesia, 18,2 persen atau 12,5 juta ton adalah sampah plastik.

Jumlah sampah plastik ini terus meningkat secara eksponensial sejak tahun 1995. Salah satu faktor penyumbang adalah perilaku masyarakat yang sering menggunakan plastik sekali pakai.

Meskipun harganya murah dan mudah ditemui, plastik membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terurai. Selain itu, sampah plastik dapat mencemari lingkungan karena mengandung partikel beracun yang bisa dikonsumsi hewan hingga menyebabkan kematian.

Lebih jauh lagi, plastik menyebabkan perubahan iklim karena terbuat dari minyak bumi yang proses pembakarannya memicu pemanasan global.

Berbagai macam usaha digalakkan guna menekan angka tingginya pemakaian plastik, seperti penyuluhan penggunaan plastik ramah lingkungan sebagai alternatif.

Akan tetapi, kesadaran akan hal tersebut masih minim terjadi, apalagi Indonesia merupakan negara berkembang dengan tingkat pendidikan masih rendah dan ekonomi relatif belum stabil. Karenanya, solusi paling ekonomis adalah menggunakan wadah berbahan plastik dibanding bahan lainnya seperti logam, kayu, kain, dan lainnya.

Seiring berjalannya waktu, plastik menjelma menjadi kebutuhan penting yang akan menyusahkan jika keberadaannya tak ditemukan. Ketergantungan terhadap plastik menjadi masalah yang jika terus menerus dibiarkan bisa menjadi ledakan bencana. Saat ini kita lazim menemukan tumpukan sampah plastik di berbagai tempat, yang jika kita telisik dampak negatifnya begitu luar biasa, seperti merusak keindahan alam, menimbulkan bau tak sedap, serta mencemari tanah, laut, air, dan udara. Ujung-ujungnya yang terkena imbasnya adalah makhluk hidup, bahkan sampai mengancam keselamatan jiwa.

Bersamaan dengan itu, banyak solusi yang bermunculan untuk mengatasi penggunaan plastik, terutama plastik sekali pakai, seperti menggunakan plastik ramah lingkungan dan membawa wadah pribadi saat belanja.

Ini merupakan solusi populer yang sampai saat ini himbauannya masih terus berlanjut, termasuk dari pemerintah dan pihak swasta.

Seperti yang diungkapkan di awal, plastik sendiri sebenarnya bermanfaat bagi manusia, tetapi di sisi lain manusia harus bertanggung jawab dan bersikap bijak dengan tidak mengeksploitasi apalagi membuangnya sembarangan, jika kesadaran tersebut tak tertanam maka yang akan menanggung akibat buruknya adalah manusia sendiri.

Edukasi akan bahayanya plastik harus masif dilakukan dalam sektor formal maupun informal. Pemerintah dapat mengoptimalkan fungsinya dengan membuat kebijakan-kebijakan yang mengusung konsep ramah lingkungan.

Sejauh ini, sudah ada beberapa tindakan tepat yang harus terus diintensifkan, seperti menghimbau Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menghindari sampah plastik, kebijakan ini dapat diperluas secara bertahap kepada sekolah-sekolah dan pelaku usaha.

Sejatinya, setiap individu harus menumbuhkan kesadaran bahwa kita hidup berdampingan dengan alam, oleh karena itu timbal balik begitu penting untuk menciptakan keharmonisan. Jika ‘manusia terus bertingkah’ maka alam tak segan mengeluarkan amarah, pun plastik yang selama ini kita anggap ‘teman’ bisa mematikan.

Dalam menghadapi tantangan yang di sebabkan oleh dilema plastik, penting bagi kita semua mempertimbangkan lagi dampak plastik terhadap lingkungan dan kesehatan manusia secara holistik.

Meskipun pada dasarnya plastik dapat memberikan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mengakui bahwa faktanya penggunaan plastik yang berlebihan dapat membahayakan ekosistem dan makhluk hidup di bumi ini.

Oleh karena itu, sangat penting mengadopsi solusi-solusi yang ramah lingkungan dan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai.

Edukasi, kebijakan yang mendukung lingkungan serta kesadaran individu adalah kunci untuk kita mengurangi dampak negatif plastik. Kita harus bertanggung jawab dan bijak dalam penggunaannya, demi keberlanjutan lingkungan dan kehidupan kita.

*) Penulis Kelompok 8 Kelas 4E Ilmu Komunikasi terdiri ari Andreas Mikael Tobing, Anindita Putri Soraya, Muhammad Faisal Akbar, Imam Febriansyah Mulyadi dan Nadia Larisa.

Iman NR

Back to top button