Ekonomi

Triwulan II, BI Sebut Perekonomian Banten Alami Peningkatan

Perekonomian Banten tercatat mengalami peningkatan. Pada triwulan II 2024, pertumbuhan ekonomi Banten mencapai sebesar 4,70 persen (yoy) atau tumbuh 1,25 persen (qtq).

Dengan capaian tersebut maka perekonomian Banten triwulan II 2024 mencapai Rp217,10 triliun.

Secara tahunan, laju pertumbuhan ekonomi Banten tercatat meningkat dibandingkan triwulan I 2024 yang tumbuh 4,51 persen (yoy) dan berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi Nasional yang mencapai 5,05 persen (yoy).

Hal itu diungkapkan Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Banten Ameriza M Moesa saat taklimat media di salah satu kafe di Kota Serang, Kamis (08/08/24).

“Jadi Kita patut bersyukurlah karena ekonomi sudah mulai semakin cepat, kalau dilihat dari dorongan ekonomi itu terutama dari sektor-sektor yang memang sektor utama, kalau kita lihat ada perdagangan, transportasi, konstruksi, dan Real Estate,” ungkapnya.

Dari sisi permintaan, lanjut Ameriza, pertumbuhan ekonomi Banten triwulan II 2024 masih didorong oleh Konsumsi Rumah Tangga yang menguasai 52,18 persen dari share PDRB Provinsi Banten dan tumbuh sebesar 4,61 persen (yoy), tidak lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 5,46 persen (yoy).

“Hal ini tidak terlepas dari normalisasi keadaan pasca front loading konsumsi yang telah dilakukan pada triwulan sebelumnya yaitu sebelum HBKN Idul Fitri 1445 H,” imbuhnya.

Semantara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia provinsi Banten, Hario K Pamungkas menjelaskan bahwa komponen Investasi tumbuh meningkat sebesar 2,86 persen (yoy) dari triwulan sebelumnya 0,79 persen (yoy) yang tercermin dari peningkatan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang meningkat sebesar 63,34 persen (yoy) dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 3,61 persen (yoy).

“Peningkatan PMDN ini didorong oleh pembangunan proyek infrastruktur pemerintah dan pembangunan perumahan di daerah Tangerang Raya,” jelasnya.

Sementara Penanaman Modal Asing (PMA) juga turut meningkat pada triwulan II 2024 sebesar 16,65 persen (yoy) setelah triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar -6,08 persen (yoy) yang didorong oleh investasi penambahan kapasitas produksi Industri Pengolahan,” jelasnya menambahkan.

“Dari sisi Lapangan Usaha, pertumbuhan ekonomi Banten masih didorong oleh sektor Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, Konstruksi, dan Transportasi dan Pergudangan yang menguasi 73,52 persen dari share PDRB Banten,” tambah Hario.

Pada triwulan II 2024, masih tumbuhnya pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor yang tumbuh membaik yakni Sektor Perdagangan besar dan eceran, Konstruksi.

Kemudian, Transportasi dan Pergudangan, serta Real Estate. Sementara, Sektor Industri Pengolahan tetap tumbuh positif meskipun mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya.

“Dengan capaian ini, maka Provinsi Banten memberikan kontribusi sebesar 6,92 persen terhadap perekonomian Jawa dan 4,06 persen terhadap perekonomian Nasional,” ujar Hario.

Sejalan dengan hal tersebut, capaian inflasi sampai dengan Juli 2024 tercatat sebesar -0,24 persen (mtm), atau 1,03 persen (ytd) atau 2,30 persen (yoy).

Capaian inflasi Juli melandai setelah Juni 2024 yang mengalami inflasi sebesar -0,08 persen (mtm).

“Pada Juli 2024, Secara spasial, terdapat 4 wilayah sampel IHK Provinsi Banten yang mengalami deflasi dan 1 wilayah mengalami inflasi. Daerah yang mengalami deflasi yaitu Kota Serang (-0,33 persen mtm), Kota Tangerang (-0,30 persen mtm),” kata Hario.

“Sedangkan Kabupaten Pandeglang (-0,30 persen mtm), Kota Cilegon (-0,03 persen mtm), sedangkan Kab. Lebak tercatat inflasi terbatas (0,03 persen mtm),” katanya menambahkan.

“Komoditas tomat, bawang merah, dan cabai merah menjadi 3 (tiga) komoditas utama yang mendorong deflasi. Hal ini sejalan dengan pasokan yang meningkat dari daerah sentra produksi dan didukung distribusi yang lancar,” ujar Hario.

Sedangkan Kepala Perwakilan BI Provinsi Banten, Jajang Hermawan menyampaikan dari sisi stabilitas sistem keuangan, kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Banten tetap baik dan terjaga.

Hal ini didukung oleh beberapa indikator perbankan yang mencatat pertumbuhan positif diantaranya aset perbankan tercatat tumbuh meningkat sebesar 14,80 persen (yoy) dan Dana Pihak Ketiga tumbuh 11,11 persen (yoy).

“Penyaluran kredit provinsi Banten tetap tumbuh sebesar 8,04 persen (yoy) dengan penyaluran kredit UMKM tercatat sebesar Rp 59,41 trilliun atau tumbuh sebesar 8,65 persen (yoy)..Sejalan dengan hal tersebut, risiko kredit yang tercermin Non Performing Loan tercatat sebesar 2,80 persen,” ujar Jajang.

Selanjutnya, kata Jajang, sampai dengan akhir triwulan II 2024, Banten masih menjadi provinsi dengan net outflow sebesar Rp2,61 Triliun disertai dengan meningkatnya transaksi non tunai.

“Total outflow sampai sampai dengan Juni 2024 mencapai Rp4,23 Triliun dan inflow mencapai Rp 1,62 Triliun. Hingga Triwulan II 2024, pemanfaatan QRIS sebagai kanal pembayaran digital terus meningkat,” imbuhnya.

“Volume transaksi mencapai 46,41 juta dengan nominal transaksi mencapai Rp4,42 Triliun dengan jumlah pengguna QRIS mencapai 2,71 juta. Dengan capaian ini maka pengguna QRIS di Banten berada di posisi 5 secara Nasional,” pungkas Jajang.

Melihat perkembagan kondisi perekonomian, pada 2024 pertumbuhan ekonomi Banten diprakirakan meningkat dalam kisaran 4,7-5,5 persen didukung oleh permintaan domestik utamanya berlanjutnya pertumbuhan konsumsi.

Sementara dari sisi pergerakan harga, inflasi Banten diprakirakan akan kembali melandai dan berada dalam target inflasi Nasional 2,5 persen ±1,00 persen secara tahunan. Bank Indonesia akan terus memperkuat.

Aden Hasanudin / Editor : Abdul Hadi

Aden Hasanudin

Back to top button