Ditemukan, Gunung di Bawah Laut Setinggi 2.200 Meter di Pacitan
Sebuah gunung di bawah laut dengan ketinggian 2.200 meter ditemukan , sekitar 260 Km selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Ini hampir sama dengan tinggi Gunung Bromo.
Gunung yang disarankan diberi nama Gunung Giri Salam itu berada di kedalaman 3.800 meter dari permukaan laut, kata seorang ahli dari Badan Infrmasi Geospasial (BIG) kepada BBCIndonesia, dikutip MediaBanten.Com, Sabtu (18/2/2023).
Sejauh ini, BIG telah mengidentifikasi 11 gunung di bawah laut. Kemungkinan masih terdapat gunung bawah laut lainnya, karena pemetaan dasar laut Indonesia belum sampai 10%.
Gunung ini ditemukan dalam rangkaian survei Landas Kontinen Indonesia (LKI) yang dilakukan September-November 2022 di wilayah Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Atika Kumala Dewi adalah salah satu yang ikut melaut untuk survei tersebut. Anggota tim dari BIG ini mengaku gambaran gunung sudah nampak pada layar monitor saat Kapal Baruna Jaya III milik BRIN, melintasi di atasnya.
“Jadi itu sebenarnya itu sudah terlihat, jangan-jangan ini gunung bawah laut. Dan, setelah diolah [datanya] itu betul, gunung bawah laut, dan masih masuk di dalam perairan wilayah Indonesia,” kata Atika kepada BBC News Indonesia, Rabu (15/02).
Gunung ini ditemukan dengan perangkat bernama Multibeam Echosounder (MBES). Perangkat ini berfungsi memetakan bentuk dasar laut melalui pantulan gelombang suara (sonar).
Penemuan gunung ini tidak membuat Atika terkejut, karena menurutnya “secara geologi kan untuk wilayah Indonesia dimungkinkan dengan keberadaan gunung di bawah laut”.
Sejauh ini, BIG baru mengidentifikasi bentuknya saja. Atika dan timnya belum bisa memastikan apakah gunung ini aktif atau tidak. “Harus ada penelitian lebih lanjut,” katanya.
Koordinator Pemetaan Kelautan BIG, Fajar Triady Mugiarto, mengatakan gunung yang berada di kawasan subduksi lempeng Indo-Australia ini sudah melihat adanya potensi natural prolongation (kelanjutan alamiah terkait batas wilayah laut negara).
“Sudah kelihatan dari desktop study-nya. Bukan cuma ketemu kebetulan,” kata Fajar.
Fajar mengaku saat ini pemetaan bentuk bawah laut di Indonesia belum sampai 10% dari total luas perairan 6,4 juta kilometer persegi. Hal ini karena biaya operasional risetnya yang tinggi. Survei LKI yang dilakukan September-November 2022 ini mencapai Rp15 miliar.
Selain memetakan batas laut negara, BIG saat ini juga memprioritaskan pemetaan topografi bawah laut di tujuh taman nasional. Dari tujuh taman nasional yang sudah terpetakan adalah Kepulauan Seribu, Bunaken di Sulawesi Utara, dan Taka Bonerate di Sulawesi Selatan.
Untuk kawasan Jawa, gunung api aktif yang memiliki kantong magma itu lokasinya berada di daratan.
Menyebabkan tsunami?
Gayatri juga mengatakan, gunung bawah laut yang baru terkuak ini bukan penyebab intensitas gempa di kawasan Pacitan dan sekitarnya.
Penyebab gempa adalah karena posisi Pacitan berada tak jauh dari zona subduksi yang aktif. Sama seperti wilayah selatan Jawa lainnya, ujarnya.
“Potensi di Pacitan cukup besar gempanya, itu sedikit banyak dipengaruhi oleh ketidakmerataan lempeng. Jadi permukaannya kasar,” katanya.
Selain itu, Gayatri mengatakan gunung bawah laut yang aktif atau memiliki kantong magma berada di wilayah utara Manado hingga Filipina. Menurutnya, gunung-gunung ini berpengaruh terhadap fenomena kegempaan atau tsunami.
“Itu memang busur kepulauan gunung api yang aktif. Jadi memang di situ, keluar gunung api ke permukaan. Kaitannya kalau di situ gunung api aktif,” katanya.
Hunung bawah laut yang sudah teridentifikasi?
Sejauh ini, BIG telah mengidentifikasi setidaknya 11 gunung bawah laut, termasuk yang terbaru di perairan selatan Pacitan ini:
- Banua Wuhu – Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara
- Hobal – Flores, Nusa Tenggara Timur
- Kawio Barat – Kepulauan Sangihe
- Roa – Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara
- Maselihe – Sulawesi Utara
- Naung – Sulawesi Utara
- Baruna Komba – Nusa Tenggara Timur
- Abang Komba – Nusa Tenggara Timur
- Ibu Komba – Nusa Tenggara Timur
- Pagai – Bengkulu
- Tanpa nama – Selatan perairan Pacitan, perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
(INR)
Editor: Iman NR