Kesehatan

Gejala Brain Fog, Gangguan Kognitif yang Perlu Diwaspadai

Istilah brain fog atau kabut otak belakangan semakin sering terdengar, terutama sejak pandemi COVID-19. Meski bukan diagnosis medis resmi, gangguan ini merujuk pada kondisi gangguan kognitif sementara yang memengaruhi kemampuan berpikir, mengingat, dan berkonsentrasi.

Kondisi ini dapat memengaruhi produktivitas dan kualitas hidup jika tidak ditangani dengan baik.

Gejala brain fog biasanya ditandai dengan kesulitan berkonsentrasi, mudah lupa, pikiran terasa lambat, bingung, serta kesulitan menemukan kata yang tepat saat berbicara.

Beberapa orang juga melaporkan merasa linglung atau sulit fokus dalam menyelesaikan tugas sehari-hari.

Gangguan tersebut bukan penyakit, melainkan gejala dari kondisi lain yang mendasari, seperti kelelahan, stres, kurang tidur, atau masalah kesehatan tertentu.

Selain itu, gangguan juga sering dikaitkan dengan efek samping infeksi virus, termasuk COVID-19, yang memengaruhi fungsi otak dan sistem saraf.

Beberapa pasien melaporkan gejala ini bertahan selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah sembuh dari infeksi.

Kondisi medis lain seperti anemia, hipotiroidisme, depresi, serta efek obat tertentu juga dapat memicu gangguan tersebut..

Menurut ahli neurologi, gangguan ini terjadi akibat terganggunya proses komunikasi antar sel saraf di otak, terutama di bagian yang mengatur memori dan konsentrasi.

Meski gejalanya bersifat sementara, kondisi ini dapat mengganggu aktivitas harian jika dibiarkan.

Untuk mengatasi brain fog, para ahli menyarankan penerapan pola hidup sehat, termasuk tidur cukup, menjaga pola makan bergizi, berolahraga teratur, dan mengelola stres.

Jika gejala berlangsung lama atau semakin parah, sebaiknya berkonsultasi ke dokter untuk memastikan tidak ada kondisi medis serius yang mendasarinya.

“Jangan anggap sepele jika brain fog terjadi berulang atau berkepanjangan, karena bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang lebih besar,” tambah dr. Andri.

Saat ini, penelitian tentang brain fog terus berkembang, terutama terkait dampaknya pada pasien long COVID.

Para pakar kesehatan mendorong masyarakat untuk lebih peduli pada kesehatan mental dan fisik guna mencegah terjadinya gangguan kognitif seperti brain fog.

Editor: Abdul Hadi

Abdul Hadi

Back to top button