Prof Dr HMA Tihami, guru besar Ilmu Fikih dan Antroplogi Universitas Islan Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanudin Banten (SMHB) wafat pada pukul 10.59 WIB, Jumat pagi (5/9/2025) di RSU dr Drajat Prawiranegara, Kota Serang.
Prof Tihami, demikian dipanggil juga merupakan tokoh pendidikan di Banten menghembuskan nafas terakhirnya setelah menjani perawatan intensif di rumah sakit tersebut.
Kabar kepergian Prof Tihami disampaikan oleh salah satu mahasiswa Pascasarjana S3 UIN Banten, Fauzi Rahmat Pamula. Ia mengonfirmasi berita tersebut berdasarkan informasi yang diterima melalui grup WhatsApp kampus pada pukul 11.00 WIB.
“Ya, betul, dari informasi yang masuk ke grup WA pagi tadi jam 11-an,” kata Fauzi saat dikonfirmasi.
Pihak keluarga menginformasikan bahwa jenazah Prof Tihami akan dimakamkan selepas salat Ashar di kampung halamannya, Desa Singarajan, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang. Sementara rumah duka berada di Kompleks Depag, Ciwaru, Kota Serang.
Profil Prof Tihami lahir pada 15 Agustus 1951 dari pasangan KH. M. Sulaiman dan Hj. Zainab. Ia meninggalkan istri, Fauziah Syarbini Anasi, serta empat orang anak Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Ivo Fauziastuti Tihamayati, Via Tuhamah Fauziastuti, dan Ovi Fauzia Tihamayati.
Semasa hidupnya, Prof Tihami dikenal sebagai sosok akademisi rendah hati dan berwibawa. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam perkembangan pendidikan tinggi Islam di Banten.
Kariernya dimulai dari Serang sebagai Dekan Fakultas Syariah IAIN Sunan Gunung Djati Bandung kampus cabang Serang. Kemudian, ia dipercaya memimpin Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, sebelum berubah status menjadi UIN.
Selain aktif di dunia akademik, Prof. Tihami juga kerap menjadi narasumber dalam berbagai forum keislaman, baik di kalangan kampus maupun lembaga keagamaan seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banten.
Potret keilmuannya tak hanya dikenal di dalam lingkungan kampus, tetapi juga meluas hingga ke berbagai kalangan tokoh agama dan masyarakat Banten. Pemikirannya tentang syariah dan pendidikan Islam menjadi rujukan banyak generasi akademisi muda. (Penulis: Taufik Hidayat)
