Piala Dunia 2018 yang digelar di Moskow, Rusia penuh dengan kejutan. Pada babak penyisihan, tim sepakbola dari negara-negara yang dinilai tangguh terpaksa mengakui keunggulan tim tidak diunggulkan.
Kejutan pertama datang dari tuan rumah, Rusia yang mencukur Arab Saudi dengan skor 5-0. Kejutan Rusia dilanjutkan dengan mengalahkan Mesir yang mengandalkan bintang Mohammad Salah, striker Liverpool dengan skor 3-1. Meski dalam laga persahabatan sebelumnya, tim Rusia yang ditangani pelatih Stanislav Cherchesov mencatat rekor buruk (tak pernah menang), bermain di kandang sendiri (Rusia) justru menunjukan keperkasaannya.
Dengan dua kemenangan ini, Rusia mencatatkan diri tim pertama yang lolos babak penyisihan Piala Dunia 2018. Tentu saja, orang berpikir tentang keuntungan psikologis Rusia sebagai tuan rumah menjadi faktor penting atas kejutan tersebut. Tetapi jangan dilupakan gaya bermain Rusia yang mengandalkan kesolidan tim, bukan individu pemain bola dan postur tubuh yang besar dan tinggi. Faktor itu menjadi kekuatan besar bagi Rusia menjalani laga di Piala Dunia 2018.
Kejutan lain diperlihatkan tim Islandia yang mampu menahan “raksasa” Argentina dengan skor 1-1. Bahkan tendangan penalti mega bintang, Lionel Messi mampu dimuntahkan penjaga gawang Islandia, Hannes Halldorsson. Luar biasanya, Hannes bukan pemain profesional sepakbola (murni bermain bola). Hannes tercatat berkerja sebagai pengelola film atau video di negaranya.
Seperti juga Rusia, tim Islandia tidak memiliki bintang sepakbola. Tim yang sebagian besar pemainnya memiliki pekerjaan lain, tidak hanya bermain bola, mengandalkan kekompakan tim. Tidak heran, tim Argentina yang bertabur bintang itu seperti frustasi menghadapi tembok pertahanan Islandia yang kukuh dan kuat.
Baca: Argentina Batalkan Laga Persahabatan Sepakbola Dengan Israel
Meksiko adalah tim yang tidak diunggulkan ketika menghadapi Jerman, sang juara bertahan Piala Dunia. Memiliki tubuh lebih kecil dari pemain Jerman, Meksiko mampu mengalahkan tim Panser, julukan bagi tim Jerman dengan skor 1-0. Meksiko membangun lini pertahanan bagaikan tembok yang sulit ditembus dan mengandalkan serangan balik serta kecepatan dalam menggiring bola. Tim Meksiko bukan tanpa bintang, tetapi justru permainan Jerman sangat buruk sebagai sang juara bertahan.
Brasil, raksasa sepakbola yang bertabur bintang seperti Nyemar, Marcelo, Filipe, Thiago Silva, Coutinho dan lainnya juga terkejut dengan penampilan apik Swiss yang mampu menahan imbang 1-1. Lagi-lagi, Swiss bukan tim yang bertabur bintang. Pelatihnya, Vladimir Petkovic menekankan permainan tim. Instruksinya dipatuhi pemain, termasuk soal membangun pertahanan yang solid. Hasilnya sangat luar biasa.
Sementara itu, laga Polandia-Senegal, banyak pengamat yang memfavoritkan Polandia ketika berlaga dengan Senegal. Polandia berisi pemain kelas dunia seperti Robert Lewandowski, Arkadiusz Milik, dan Grzegorz Krychowiak dan lainnya dan berpengalaman bermain di Piala Dunia. Soal pemain bintang ini, Senegal juga memiliki penyerang Liverpool Sadio Mane beserta Kalidou Koulibaly yang bermain di Napoli dan Cheikhou Kouyate (West Ham).
Gaya permainan kedua tim itu berbeda. Polandia selalu berkutat pada ciri khas Eropa Timur yang kaku tetapi berdisiplin terhadap tugas-tugas dalam tim. Sedangkan Senegal lebih dinamis dengan mengandalkan keterampilan individu. Dalam laga ini, Senegal mampu membangun pertahanan dan serangan yang bersamaan, membuat Polandia harus mengakui keunggulan Senegal dengan skor 1-2 untuk Senegal.
Baca: Panitia Asean Games 2018 Dahulukan UMKM Nasional Jadi Pemegang Lisensi Merchandise
Kejutan terakhir adalah Jepang yang mampu mengalahkan Kolombia dengan skor 2-1. Secara teknis, kedua tim memilki gaya dan tubuh pemain yang hampir berimbang. Keduanya membangun pertahanan, permainan cepat dan mengandalkan serangan balik secara bersamaan. Namun para pengamat lebih mengunggulkan Kolombia akan memenangkan laga. Ternyata, Jepang lebih unggul. Sayangnya, laga ini diwarnai kartu merah yang memaksa Kolombia bermain hanya 10 orang sejak awal babak pertama setelah Carlos Sanchez didakwa menahan peluang emas Shinji Kagawa dengan tangannya pada menit kedua.
Piala Dunia 2018 yang digelar di Moskow memang penuh dengan kejutan. Dari kejutan itu, terasa ada sikap yang selayaknya diperhatikan dan boleh jadi penyebab kekalahan tim-tim kuat dari tim yang dianggap lemah. Pertama, pelatih tim kuat lebih mengandalkan individu pemain yang menjadi bintang sepakbola. Sikap ini mengabaikan kekompakan tim yang bisa menjadi penyebab kekalahan tim.
Kedua, sikap meremehkan tim yang dinilai lemah. Ini terlihat dari permainan Jerman ketika menghadapi Meksiko, Argentina melawan Islandia, Brasil versus Swiss dan Polandia berlaga dengan Senegal. Pemain-pemain Jerman tidak menunjukan kualitas sesungguhnya dan memperlihatkan permainan yang terkesan pertandingan persahabatan bukan sebuah laga kelas dunia. Hal serupa diperlihatkan Argentina menghadapi kelas papan bawah, Islandia. Sedangkan Brasil harus menghadapi ganjaran sikap meremehkan lawan akibat bertaburnya pemain bintang kelas dunia.
Bagaimana pun, pameo lama tetap berlaku. Bola itu bundar, sulit ditebak arahnya. Dan, permainan sepakbola merupakan permainan tim. Tidak mungkin, Nyemar, pemain termahal dunia sendirian mengalahkan 11 pemain Swiss. Karena itu, kekompakan tim, keterampilan individu dan kejelian pelatih menerapkan strategi bermain harus dipadukan untuk menjadi sebuah kemenangan. Semoga, kekalahan tim favorit menjadi pelajaran berharga. (Iman Nur Rosyadi)