KFC Rugi Besar Hingga PHK Ribuan Pegawai, Dampak Boikot?
KFC Indonesia mengalami kerugian yang sangat luar biasa lantaran aksi boikot terus menerus. Puluhan gerai restoran cepat saji ini pun ditutup permanen dan ribuan pegawai telah di PHK.
Bahkan, laporan keuangan kuartal III KFC tahun 2024, mengalami kerugian sebesar Rp557,08 miliar. Tentunya, hal ini semakin membengkak apabila dibandingkan waktu yang sama setahun lalu.
Emiten berkode FAST merupakan perusahaan yang menaungi jaringan restoran waralaba KFC Indonesia.
FAST menyebut terdapat dua penyebab kerugian besar perusahaan itu. Pertama, pemulihan usaha dari kondisi Covid 19 yang belum maksimal.
Kedua, pemicu kerugian besar KFC Indonesia berasal krisis Timur Tengah. Dalam situasi ini, restoran cepat saji menjadi salah satu sasaran gelombang boikot masyarakat.
“Dua permasalahan ini menjadi dampak negatif terhadap Kedua, pemicu kerugian besar KFC Indonesia berasal krisis Timur Tengah. Dalam situasi ini, restoran cepat saji menjadi salah satu sasaran gelombang boikot masyarakat.
“Dua permasalahan ini menjadi dampak negatif terhadap grup untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024,” tulis manajemen tersebut.
Tak hanya itu, kerugian pada kuartal III 2024 menjadi lebih buruk dibanding periode yang sama pada tahun lalu, dengan peningkatan 256,59 persen (yoy). Sedangkan pada kuartal III 2024, FAST mencatat kerugian sebesar Rp154,41 miliar.
Akibat kerugian yang terus menerus itu, KFC Indonesia terpaksa menutup gerai dan melakukan Pemutus Hubungan Kerja (PHK) para pegawainya.
Periode 30 September, FAST menyebut ada 715 gerai yang beroperasi. Padahal per-Desember 2023, terdapat 762 gerai KFC Indonesia yang masih beroperasi. Artinya, sekitar 47 gerai sudah tidak lagi beroperasi lantaran mengalami kerugian.
Masih berdasarkan laporan keuangan FAST, pada kuartal III 2024 seluruh grup usaha FAST tercatat mempunyai 13.715 karyawan per-30 September.
Tetapi, jumlahnya terjun drastis dibandingkan data 31 Desember 2023. Di mana jumlah karyawan sebanyak 15.989 orang.
Editor: Abdul Hadi