Edukasi

Membangun Kesiapsiagaan Anak Pulau Sebesi lewat Edukasi dan Game Digital

Tim peneliti yang terdiri dari Roby Naufal Arzaqi, M.Pd., Dr. Deri Hendriawan, M.Pd., dan Pepi Nuroniah, M.Pd., melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat di Pulau Sebesi, Lampung Selatan.

Kegiatan ini berlangsung pada 5–7 Agustus 2025 di KOBER (Kelompok Bermain) Krakatau Bahari 1, dengan mengusung tema “Edukasi Mitigasi Bencana bagi Anak Usia Dini di Pulau Sebesi sebagai Upaya Kesiapsiagaan sejak Dini.”

Penulis: Roby Naufal Arzaqi, M.Pd. – UPI Serang Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini*)

Pulau Sebesi, yang berada di kawasan Selat Sunda, dikenal sebagai daerah rawan bencana karena kedekatannya dengan Gunung Anak Krakatau serta potensi gempa bumi.

Kondisi ini menuntut adanya strategi edukasi yang sistematis, termasuk kepada kelompok usia dini.

Menurut kajian kebencanaan, anak-anak merupakan kelompok yang rentan terhadap bencana, namun juga memiliki kapasitas untuk dilatih agar mampu mengenali tanda bahaya dan memahami prosedur penyelamatan dasar.

Dalam kegiatan ini, tim peneliti memperkenalkan dua media pembelajaran inovatif, yaitu Papan Edukasi Interaktif Tas Siaga Bencana dan game digital SMIGGI (Simulasi Mitigasi Gunung Meletus dan Gempa Bumi).

Melalui papan interaktif, anak-anak diajak untuk mengenali isi tas siaga, seperti senter, obat-obatan, makanan kering, hingga pakaian darurat.

Sementara itu, SMIGGI menghadirkan simulasi berbasis permainan digital yang memvisualisasikan langkah-langkah penyelamatan saat terjadi gempa maupun erupsi gunung.

Ketua tim, Roby Naufal Arzaqi, menjelaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah membentuk kesadaran mitigasi bencana sejak usia dini.

“Kesiapsiagaan tidak hanya ditanamkan pada orang dewasa. Anak-anak perlu dikenalkan pada konsep mitigasi dengan pendekatan bermain, sehingga mereka lebih mudah memahami dan mengingat,” ujarnya.

Senada dengan itu, Dr. Deri Hendriawan menambahkan bahwa kegiatan ini juga merupakan implementasi nyata dari riset pendidikan kebencanaan.

“Edukasi berbasis permainan terbukti lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman anak usia dini. Hal ini sejalan dengan pendekatan pembelajaran konstruktivistik yang menekankan pengalaman langsung,” tuturnya.

Respon positif juga datang dari para pendidik di KOBER Krakatau Bahari 1. Para guru menyatakan bahwa metode yang digunakan sangat relevan dengan kondisi geografis Pulau Sebesi yang berada di jalur rawan bencana.

Anak-anak pun terlihat antusias, aktif bertanya, dan mampu mengulang kembali pesan-pesan penting tentang kesiapsiagaan.

Program ini tidak hanya memperkuat kapasitas anak-anak dalam menghadapi situasi darurat, tetapi juga mendukung visi pemerintah dalam membangun budaya sadar bencana.

Dengan adanya penguatan edukasi sejak usia dini, diharapkan masyarakat Pulau Sebesi memiliki generasi muda yang lebih tangguh dalam menghadapi potensi bencana di masa depan.

Editor: Abdul Hadi

Abdul Hadi

Back to top button