Mumi Tertua Berasal dari Chili, Bukan Mesir
Manusia pertama yang mencoba proses pembuatan mumi ternyata berasal dari daerah di negara yang tidak terduga. Dalam sebuah laporan CNN, mumi pertama di dunia adalah orang-orang dari Chinchorro yang menetap di teluk pantai Gurun Atacama atau yang saat ini dikenal sebagai sebuah negara bernama Chile.
Orang-orang Chinchorro menetap di Chili pertama kali pada 7000 Sebelum Masehi (SM). Namun, mereka diyakini sudah mengembangkan teknik mumifikasi pada sekitar 5000 SM. Artinya, mereka lebih awal 2.000 tahun sebelum orang-orang Mesir kuno melakukannya.
Meski sedikit yang diketahui mengenai mumi tertua yang ternyata berasal dari Chile, namun negara itu berharap UNESCO akan memberikan pengakuan terhadap status situs warisan dunia di bidang situs arkeologi. Dengan demikian, mumi tertua di dunia dari Chile akan mendapatkan sorotan seperti yang layak didapatkan.
Tidak banyak yang orang-orang ketahui mengenai mumi dari Chile. Selama ini, mumi dikenal dari orang-orang Mesir kuno, yang secara khusus menjadikan pemimpin serta orang-orang penting di peradaban mereka saat itu sebagai mumi, sebagai bentuk penghormatan saat sudah tiada.
Baca: Gubernur dan Apindo Banten Luncurkan Aplikasi Top Karir
Di Museum Arkeologi San Miguel de Azapa di Arica, wilayah paling utara Chile, mumi dari sekitar 300 orang Chinchorro disimpan. Meski demikian, hanya 10 persen dari seluruh mumi tersebut yang ditampilkan untuk publik. Hal itu karena tak ada uang atau ruang yang dimiliki museum untuk menampilkan mumi dengan cara yang tak akan merusak mereka.
“Ini koleksi yang sangat sakral karena sebagian besar mumi yang kami simpan terkait dengan upacara kematian,” ujar urator dan ahli konservasi Mariela Santos dilansir Egypt Independent, Sabtu (4/5).
Proses mumifikasi bagi orang-orang Chinchorro dimulai dari bayi, bahkan janin. Kematian bagi bayi dan janin di masa itu diyakini kerap terjadi karena faktor cuaca ekstrem di gurun, serta udara yang kaya dengan arsenik.
Ada lima jenis mumi yang berbeda dalam rentang waktu sekitar 4.000 tahun. Meski demikian, Santos mengatakan yang paling umum adalah mumi hitam dan merah.
Membuat mumi hitam melibatkan pengambilan tubuh jenazah sepenuhnya, hingga kemudian memberikan obat, serta menyusunnya kembali, mulai dari kulit dan seluruhnya. Sementara mumi merah dibuat dengan proses sayatan kecil untuk menghilangkan organ internal dan kemudian mengeringkan rongga tubuh.
Baik mumi hitam maupun merah diisi dengan tongkat dan alang-alang di sejumlah bagian. Tak hanya itu, mumi juga dihiasi dengan menggunakan rambut palsu, serta menutupi bagian wajah dengan tanah liar.
Salah satu alasan mengapa mumi bisa awet di Chile adalah karena iklim yang sangat kering di banyak wilayah negara itu. Kemudian, tingkat salinitas yang tinggi juga membantu proses mumifikasi berjalan lebih baik dan selama tujuh millennium terakhir menjadi kondisi yang sempurna untuk melestarikan mumi. (Dikutip utuh dari republika.co.id)