Ekonomi

Produksi Gabah Pungut di Lebak Turun Akibat Hama Wereng

Produksi gabah pungut hasil panen Agustus 2024 di Kabupaten Lebak menurun akibat terserang hama wereng batang cokelat (WBC) dan juga tidak optimalnya pengairan, akibat kemarau panjang.

“Meski terserang hama wereng batang cokelat, namun bisa dipanen,” kata Ketua Kelompok Tani Sukabungah Desa Tambakbaya Kabupaten Lebak Ruhiana saat dihubungi di Rangkasbitung, Lebak, Jumat (23/8/2024).

Panen padi Agustus 2024 di wilayahnya produksi gabah pungut menurun dari 6 ton kini menjadi 4,5 ton. Penyebab menurunnya produksi tersebut akibat serangan hama WBC dan tidak optimalnya pengairan menyusul kemarau panjang atau El Nino.

Beruntungnya, produksi gabah bisa dipanen sehingga tidak merugikan petani. Jika harga gabah pungut Rp6.000/kilogram dengan produksi 4,5 ton bisa menghasilkan pendapatan Rp27,5 juta dan dipotong biaya produksi Rp15,5 juta per hektare.

Dengan demikian, penghasilan usaha tani jadi Rp12 juta per hektare dan dibagi empat bulan sehingga menghasilkan Rp3 juta/bulan.

“Kami merasa senang hasil usaha tani itu masih bisa dipanen, kendati terserang hama WBC dan kemarau,” kata Ruhiana.

Begitu juga petani lainnya, Ujang (55) warga Kalanganyar Kabupaten Lebak mengaku dirinya merasa lega hasil panen padi bisa menghasilkan pendapatan ekonomi bagi keluarga petani.

Saat ini, produksi gabah pungut hasil panen menurun akibat hama WBC dan kemarau cukup panjang sehingga persediaan air tidak optimal.

“Kami hasil panen itu bisa meraup keuntungan sekitar Rp12 juta per hektare dan tidak merugi,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar mengatakan panen padi pada Agustus 2024 di daerah ini seluas 9.400 hektare dan sebagian terserang hama WBC dan ganjur, karena kondisi lingkungan dan cuaca panas serta lembab sehubungan musim kemarau.

Beruntungnya, tanaman padi itu bisa dipanen meski produksi gabah menurun. Karena itu, petani yang sudah panen agar September mendatang melakukan gerakan percepatan tanam dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan hama.

“Kami yakin meski produksi gabah menurun, namun petani tidak merugi, karena harga gabah pungut cukup tinggi hingga Rp6.000/kilogram,” kata Deni. (Mansyur Suryana – LKBN Antara)

Editor Iman NR

Iman NR

Back to top button