20 Kecamatan di Lebak Berpotensi Krisis Air Bersih
Sebanyak 20 kecamatan di Kabupaten Lebak berpotensi dilanda kekeringan dan krisis air bersih pada musim kemarau panjang tahun ini.
“Kami memetakan 20 kecamatan dan 70 desa tahun ini terancam kekeringan dan krisis air bersih,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama, Rabu (7/8/2024).
Pemerintah Kabupaten Lebak dan Dinas PUPR Banten telah menyiagakan pompa dan sumur bor untuk dipasang di kecamatan – kecamatan yang terancam kekeringan dan krisis air bersih.
Ia mengakui hingga saat ini belum menerima laporan perihal kasus kekeringan dan krisis air bersih. “Kami minta masyarakat segera melapor jika di daerahnya terjadi kekeringan dan krisis air bersih,” kata Febby.
Menurut dia, pihaknya menyiagakan tiga unit mobil tangki jika masyarakat mengalami darurat air bersih dan kekeringan.
Tiga truk tangki berkapasitas 5.000 liter itu disiagakan untuk mendistribusikan air bersih kepada masyarakat.
“Kami siaga menghadapi kemarau panjang untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” katanya menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar mengatakan pihaknya hingga kini belum menerima laporan perihal tanaman padi gagal panen atau puso akibat kekeringan.
Namun demikian pihaknya sudah melakukan pemasangan pompa dan sumur bor di sejumlah lokasi untuk mengantisipasi lahan pertanian mengalami kekeringan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Banten meminta masyarakat mewaspadai penyakit diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada musim kemarau panjang atau iklim el Nino.
Diare dan ISPA
Pelaksanaan Harian (Plh) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak dr Budi Mulyanto di Rangkasbitung, Lebak, Selasa, mengatakan hingga saat ini belum ada tanda-tanda lonjakan kasus diare dan ISPA, karena dilakukan peningkatan kegiatan promotif dan preventif melalui fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
Fasilitas kesehatan itu seperti puskesmas, pustu, poskesdes dan klinik mengoptimalkan penyuluhan kegiatan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dengan mengajak masyarakat agar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), terutama cuci tangan pakai sabun saat akan makan dan stop buang air besar (BAB) sembarangan serta konsumsi air minum yang sudah dimasak.
Selain itu juga mengonsumsi makanan yang bergizi serta buah-buahan dan sayur-sayuran juga menjaga stamina tubuh serta banyak istirahat.
“Kami meyakini dengan PHBS dan mengkonsumsi makanan yang bergizi itu dapat mencegah diare dan ISPA,” kata dokter Budi.
Menurut dia, selama ini, kasus penyakit diare dan ISPA di Kabupaten Lebak masuk kategori tertinggi dibandingkan dengan 10 jenis penyakit lainnya.
Mereka yang terserang penyakit diare dan ISPA itu kebanyakan berobat ke fasilitas kesejatan terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.
Sebab, penyakit diare dan ISPA tentu berbahaya apalagi bila sudah disertai pneumonia, sehingga pasien sulit ditolong.
Beberapa gejala diare di antaranya banyak BAB dalam seharian, tubuh lemas dan bisa mengakibatkan dehidrasi atau kekurangan cairan.
Sedangkan, gejala ISPA , seperti hidung tersumbat dan pilek, batuk kering tanpa dahak, demam ringan, sakit tenggorokan, sakit kepala ringan, bernapas cepat atau kesulitan napas dan warna kebiruan pada kulit akibat kekurangan oksigen.
“Warga terserang penyakit diare dan ISPA itu akibat dampak perubahan iklim El Nino yang menimbulkan kemarau itu,” katanya.
Kepala Puskesmas Cisimeut Dede Hardiansyah mengatakan penderita ISPA di wilayah itu mampu diatasi dengan mengoptimalkan penyuluhan kesehatan untuk pencegahan penyakit menular maupun penyakit tidak menular.
Beruntungnya, di wilayahnya masih terpenuhi ketersediaan air bersih dan ketahanan pangan melimpah dari hasil pertanian. Untuk menghadapi El Nino yang diwaspadai itu adalah penyakit ISPA dan diare.
“Kami setiap hari kerja menerjunkan petugas ke desa-desa melakukan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,” kata Dede. (Mansyur Suryana – LKBN Antara)
Editor Iman NR