Ribuan Warga Demo PT Lotte di Cilegon Soal Banjir Hingga Tenaga Kerja
Ribuan warga berasal dari tiga kelurahan di Kecamatan Grogol, Kota Cilegon berdemo di halaman Kompleks PT Lotte Chemical Indonesia (LCI), Senin (23/5/2022) untuk menuntut perekrutan tenaga kerja lokal dan mengatasi banjir akibat proyek Lotte.
Warga itu berasal dari Kelurahan Rawa Arum, Gerem dan Warnasari datang ke Kompleks Lotte sekitar pukul 09.00 WIB. Kepolisian setempat juga sudah mengerahkan personelnya untuk berjaga di lokasi tersebut.
“Kami tidak mau menjadi tamu di rumah sendiri. Kami melihat siapa yang bekerja disana. Mereka hanya bisa menyakiti hati kita. Mereka yang bekerja disini (PT LCI red) bukan warga Gerem, bukan warga Warnasari, maupun warga Rawa Arum,” ujar pendemo yang berorasi.
Selain penyerapan tenaga kerja lokal, warga merasa dirugikan dengan adanya proyek PT Lotte Chemical Indonesia, yaitu sering terjadi banjir.
Reni, warga Rawa Arum yang ikut demo mengatakan, sebelum poryek Lotte ada, tempat tinggalnya tidak pernah mengalami banjir.
“Karena saya memang dirugikan adanya proyek Lotte (LCI red) ini dari dulu sudah puluhan tahun kami tinggal di tegal wangi khususnya tidak pernah banjir,” ujarnya.
Tidak hanya banjir, debu berasal dari aktifitas proyek juga sangat merugikan warga lantaran debu masuk ke rumah, bahkan ke makanan yang ada di dapur.
Reni, warga setempat mengaku ada lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menjanjikan bisa memperjuangkan kepentingan warga mulai dari perekrutan tenaga kerja lokal hingga mengakses Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon.
“Tolonglah diberi sedikit kesempatan kepada perwakilan masyarakat untuk dalam hal penyampaian aspirasi warga. Jangan sampai masyarakat ini katanya-katanya tapi tidak tahu bentuk apa yang dibicarakan didalam itu,” ujar Reni.
Warga di sekitar PT Lotte Chemical Indonesia selalu khawatir sepanjang tahun. Jika hujan, khawatir banjir. Jika panas, debu dari proyek tersebut masuk ke rumah-rumah warga.
Pemasangan tiang-tiang pancang juga membuat warga tidak tenang. Suara dentuman dan getaran sangat menggangu. “Kayak ada gempa itu, keras getaran dan suaranya. Benda-benda di rumah juga bergoyang,” ujarnya.
Dia berharap, ketika proyek ini berhasil dan sukses, dirinya sangat ingin pihak perusahaan bijaksana dalam mengambil keputusan yakni merekrut 50 persen karyawan nya adalah punduduk pribumi.
“Kami merasa secara tidak langsung ini penjajahan menurut saya,” tandasnya. (Reporter: Erling Cristin / Editor: Iman NR)