Apa Itu Energi Terbarukan? Inilah Manfaat yang Bisa Dimanfaatkan
Energi terbarukan kini tengah berkembang pesat sebagai sumber energi yang berasal dari sumber daya alam yang diperbaharui.
Selain itu, energi terbarukan menawarkan manfaat emisi karbon yang lebih rendah sehingga bermanfaat bagi lingkungan.
Mari mengintip ulasan tentang berbagai jenis dan sumber energi terbarukan yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar kita.
Apa Itu Energi Terbarukan?
Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber daya alam yang diperbarui. Misalnya, sinar matahari dan angin yang dapat menjadi sumber daya energi terbarukan.
Sementara bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas, merupakan sumber daya tidak dapat diperbaharui karena membutuhkan waktu ratusan juta tahun untuk terbentuk.
Bahan bakar fosil jika dibakar untuk menghasilkan energi dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca yang berbahaya, salah satunya berasal dari karbon dioksida.
Namun, energi terbarukan menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah daripada membakar bahan bakar fosil.
Transisi dari bahan bakar fosil yang saat ini menyumbang sebagian besar emisi ‘kotor’ menjadi energi terbarukan, adalah kunci untuk mengatasi krisis iklim.
Terlebih, energi terbarukan tergolong murah di sebagian besar negara dan menghasilkan lapangan kerja tiga kali lebih banyak daripada bahan bakar fosil.
Apa Saja Contohnya?
- Tenaga Surya
Sumber energi matahari atau tenaga surya merupakan sumber daya energi yang paling melimpah dan bahkan dapat dimanfaatkan dalam cuaca berawan.
Kecepatan tenaga surya yang diserap Bumi sekitar 10.000 kali lebih besar daripada kecepatan manusia mengkonsumsi energi.
Oleh karena itu, tenaga surya dapat dapat menghasilkan panas, pendinginan, pencahayaan alami, listrik, dan bahan bakar.
Energi terbarukan yang berasal dari tenaga surya dapat mengubah sinar matahari menjadi energi listrik, baik melalui panel maupun melalui cermin yang memusatkan radiasi surya.
Walau tidak semua negara diberkahi energi surya secara setara, energi terbarukan dari tenaga surya menjadi mungkin dilakukan oleh setiap negara.
Biaya pembuatan panel surya telah anjlok drastis dalam dekade terakhir, sehingga tidak hanya terjangkau tetapi juga sering kali menjadi bentuk listrik termurah.
Panel surya memiliki masa pakai sekitar 30 tahun, dan tersedia dalam berbagai warna tergantung pada jenis bahan yang digunakan dalam pembuatannya.
- Tenaga Angin
Tenaga angin dapat dimanfaatkan sebagai energi kinetik dari udara yang bergerak dengan menggunakan turbin angin besar di daratan maupun di lautan.
Energi angin telah digunakan selama ribuan tahun, namun terkini teknologi energi angin telah berkembang untuk memaksimalkan listrik yang dihasilkan oleh turbin.
Meskipun kecepatan rata-rata angin sangat bervariasi di berbagai lokasi, potensi energi terbarukan melalui tenaga angin dapat melebihi produksi listrik secara global.
Bahkan, terdapat potensi yang cukup besar untuk memungkinkan penyebaran energi angin yang signifikan bagi suatu negara.
- Tenaga Air
Energi terbarukan yang berasal dari tenaga air memanfaatkan energi air yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Tenaga air dapat dihasilkan dari waduk dan sungai. Waduk pembangkit listrik dari tenaga air itu memiliki banyak kegunaan seperti menyediakan air minum, air untuk irigasi, pengendalian banjir dan kekeringan, serta pasokan energi.
Sumber energi terbarukan terbesar di sektor kelistrikan juga berasal dari tenaga air. Keunggulannya, tenaga air bergantung pada pola curah hujan yang umumnya stabil.
- Energi Panas Bumi
Energi terbarukan yang berasal dari panas bumi memanfaatkan energi termal dari dalam bumi. Panas yang diambil dapat menggunakan sejumlah media, salah satunya dengan sumur.
Panas bumi yang secara alami disebut reservoir hidrotermal, dan ada juga panas bumi yang ditingkatkan dengan stimulasi hidrolik.
Energi panas bumi di berbagai lokasi dan suhu dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dari teknologi pembangkitan listrik dari reservoir hidrotermal.
- Bioenergi
Energi terbarukan yang berasal dari bioenergi berasal dari berbagai bahan organik, seperti kayu, arang, kotoran hewan, dan pupuk kandang.
Bioenergi yang modern kini mencakup tanaman atau pohon khusus, residu dari pertanian dan kehutanan, dan berbagai aliran limbah organik.
Energi yang dihasilkan dari pembakaran bioenergi menghasilkan emisi gas rumah kaca, namun pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan pembakaran fosil.
Apa Manfaat Secara Global?
Energi terbarukan dapat membatasi dampak buruk dari emisi gas rumah kaca secara global yang disebabkan oleh manusia maupun karbon dioksida dan metana.
Hal ini dikenal sebagai net zero emission atau emisi nol bersih, untuk mengurangi sedekat mungkin dengan sisa emisi yang secara permanen dihilangkan dari atmosfer.
Konsep emisi nol bersih pertama kali dipopulerkan oleh Perjanjian Paris, sebuah kesepakatan yang dinegosiasikan pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP21) tahun 2015 untuk membatasi dampak emisi gas rumah kaca.
Energi terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi residu terutama yang ada di sektor yang sulit dikurangi, seperti pertanian dan produksi bahan kimia.
Bagaimana Manfaat di Indonesia?
Sejumlah lembaga think tank di Indonesia turut menyumbang pikiran atas problem energi terbarukan dengan menggelar diskusi bertajuk ‘Memimpin Perubahan: Transisi Energi dan Emisi Nol Bersih dalam Pemerintahan Prabowo Gibran 2025-2029’ di Jakarta, pada 24 Oktober 2024.
Diskusi ini diikuti oleh Climateworks Centre, Centre for Policy Development (CPD), Institute for Essential Services Reform (IESR), Indonesia Research Institute for Decarbonization (IRID), International Institute for Sustainable Development (IISD), dan Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), yang tergabung dalam Energy Transition Policy Development (ETP) Forum.
Direktur CPD, Guntur Sutiyono membuka kegiatan diskusi ini dengan menyampaikan sejumlah rekomendasi transisi energi Indonesia untuk pemerintahan Prabowo Gibran.
Berikut ini sejumlah rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai landasan strategis bagi Prabowo-Gibran untuk memimpin transisi energi yang adil dan berkelanjutan di Indonesia:
- Reformasi Subsidi Energi
Rekomendasi ini dilatari subsidi energi yang saat ini terbilang tidak tepat sasaran. Reformasi dengan implementasi direct-targeted subsidy sangat diperlukan agar subsidi tersebut.
Hal itu agar pemanfaatannya dapat langsung diberikan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan dapat dilakukan melalui program berbasis digital dan basis data yang akurat.
Akses energi yang andal dan bersih untuk daerah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal (3T) juga tak kalah penting. Pembangunan jaringan mikro, mini, dan off-grid berbasis komunitas atau koperasi dapat menjadi solusi konkrit.
Terkait tata kelola dan regulasi untuk transisi energi, pemerintah dapat memisahkan peran regulator dan operator bisnis. Kebijakan itu akan meningkatkan efisiensi dan mempercepat adopsi sumber energi bersih melalui mekanisme yang lebih transparan ke pelosok daerah.
- Memperkuat Koordinasi Demi Transisi Energi
Pemerintah dapat melakukan penguatan Dewan Energi Nasional (DEN) melalui Undang-Undang dan pembentukan satuan tugas koordinasi (Satgas) yang dipimpin oleh presiden atau wakil presiden untuk menjamin keterpaduan kebijakan.
Hal itu seperti kelembagaan penanggulangan kemiskinan atau respons bencana yang sangat penting untuk memastikan bahwa semua pihak, terutama masyarakat rentan dan tenaga kerja,
Masyarakat juga akan mendapat manfaat dari transisi energi yang berkeadilan, regulasi pendukung seperti RUU EBET yang harus segera diterapkan.
- Dampak Sosial dari Transisi Energi
Rencana pemanfaatan industri ekstraktif dan hilirisasi mineral kritis untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan transisi energi yang berkeadilan.
Hal tersebut harus berlandaskan standar lingkungan yang tinggi agar dalam perjalanannya tidak merusak ekosistem lingkungan.
Selain itu, strategi transisi energi harus mempertimbangkan aspek-aspek dari lensa sosial seperti, human capital, Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI), dan mitigasi potensi dampak negatif bagi masyarakat lokal.
Editor: Abdul Hadi