Persib Bandung Juara Dirayakan, Stadion GBLA Jadi Korban

Kemenangan Persib Bandung di Liga 1 Indonesia yang seharusnya jadi momen bersejarah, justru diubah menjadi tontonan memalukan oleh sekelompok oknum Bobotoh.
Alih-alih bersyukur, mereka merayakannya dengan merusak fasilitas Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), seolah-olah rumput hingga jaring gawang adalah lawan tanding yang harus dijatuhkan.
Dalam video yang beredar luas, tampak sejumlah suporter antusias mempraktikkan bentuk cinta paling tidak masuk akal: menginjak pagar, melempar kursi, dan menghias stadion dengan sampah.
Barangkali mereka pikir merusak adalah cara baru untuk menunjukkan loyalitas, atau semacam ritual syukuran ala barbar.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang tak tahan melihat kegilaan ini, menyampaikan kekecewaannya melalui unggahan video di akun TikTok resminya @dedimulyadiofficial.
“Merayakan kemenangan Persib Bandung adalah ekspresi yang kita nantikan, tetapi saya tidak ada toleransi terhadap tindakan-tindakan yang mengarah pada kriminal,” tegas Dedi, mungkin sambil menahan geleng kepala melihat bagaimana stadion yang dibangun dengan uang rakyat, dihancurkan oleh rakyat yang tak tahu malu.
Dedi menyebut tindakan itu bukan sekadar kenakalan remaja atau euforia berlebihan, tapi kriminalitas terang-terangan yang pantas diproses hukum.
Dia bahkan menyarankan agar pelaku di bawah umur dikirim ke barak militer, tempat di mana disiplin dan logika masih punya tempat tinggal.
“Kalau terbukti itu pidana, agar diproses. Apabila di bawah umur, maka barak militer adalah tempat untuk Anda semua,” ujarnya dengan nada tak main-main.
Stadion GBLA, yang menjadi simbol kebanggaan warga Jawa Barat, kini tinggal saksi bisu dari pesta yang berubah jadi kerusakan massal.
Ironisnya, mereka yang mengaku cinta Persib justru meninggalkan luka pada rumah sendiri.
Publik pun bertanya-tanya: bagaimana bisa seseorang mengaku suporter sejati, tapi tak bisa membedakan selebrasi dengan perusakan? Apakah mencintai klub berarti membenci infrastruktur?
Unggahan Dedi Mulyadi pun langsung disambut gelombang dukungan. Banyak netizen yang tampaknya lebih waras, menyerukan agar para pelaku tak hanya disanksi.
Namun juga diajak kembali sekolah, agar tahu bahwa bangku stadion bukan untuk dihancurkan, tapi untuk diduduki sambil bersorak dengan akal sehat.
Jika ini disebut cinta, maka sungguh, cinta model begini lebih pantas disebut vandal romantika, penuh emosi, minim etika.
Editor: Abdul Hadi