Arif: Pemerintah Tak Serius Tangani Kasus TBC di Kawasan Baduy
Pemerintah mulai dari tingkat kabupaten hingga pusat dinilai tidak serius dalam menangani kasus TBC atau tuberkulosis, penyakit menular yang muncul di warga Baduy, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, terutama dalam penyediaan obat TBC di Puskesmas setempat.
Terbukti, obat TBC yang merpakan program pemerintah dan gratis tersebut sering dinyatakan tidak tersedia atau alasan-alasan yang tidak masuk akal, sehingga warga Baduy tidak mendapatkan obat yang layak buat menyembuhkan TBC.
“Makanya saya katakan bahwa pemerintah mulai dari pusat, kabupaten hingga Puskesmas memang tidak serius menangani kasus TBC di lingkungan Baduy,” kata Muhammad Airf Kirdiat, Koordinator Sahabat Relawan Indonesia (SRI) yang dihubungi MediaBanten.Comm, Senin (28/10/2024).
SRI mencatat dalam setahun terakhhir ada 8 delapan warga Baduy yang dalam tahap minum obat TBC, 4 orang dalam tahap screening dan 12 orang dinyatakan sudah sembuh.
“Obat TBC ini diperoleh dengan gratis dan merupakan program pemerintah. Tapi untuk mendapatkannya kami dari SRI mengalami kesulitan luar biasa. Karena itu kami menilai tidak serius pemerintah menangani kasus TBC di kawasan Baduy ini,” katanya.
Muhammad Arif Kirdiat saat ini yang mendesak adalah obat TBC untuk seorang warga Baduy Dalam yang hasil screeningnye menyebutkan positif atau mengidap TBC.
“Kami berharap warga Baduy yang membutuhkan obat TB itu bernama Ayah Sadi 55 tahun warga Kampung Cisagu Desa Kanekes bisa terpenuhi,” kata Arif.
Pasien TB Ayah Sadi kini kondisinya kronis dan semakin memburuk, karena belum mendapatkan pengobatan lanjutan usai dirujuk ke RSUD Banten pada September 2024.
Ia positif terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis berdasarkan hasil pemeriksaan Instalasi Radiologi di salah satu klinik di Kota Serang.
Sebelumnya, Sahabat Relawan Indonesia September 2024 lalu melakukan pemeriksaan kesehatan dengan mengunjungi kawasan pemukiman Badui melibatkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Serang berserta mahasiswa fakultas Kedokteran Unjani Bandung.
Ayah Sadi positif mengidap TB dan dirujuk ke RSUD Banten, namun sejauh ini belum ada pengobatan lanjutan dari puskesmas Cisimeut sebagai pendamping kesehatan masyarakat Badui.
“Kami minta Puskesmas Cisimeut dan Dinkes Lebak menindaklanjuti pengobatan TB atas nama Ayah Sadi, namun tidak ada tanggapannya,” katanya menjelaskan.
Kepala Pelaksana Harian (Plh) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, Budi Mulyanto mengatakan pihaknya telah mendistribusikan obat TB kepada petugas Puskesmas Cisimeut agar memberikan pengobatan rutin serta melibatkan pengawasan minum obat (PMO) dari keluarga pasien TB.
Pengobatan TB bisa sembuh dan harus tuntas menjalani masa pengobatan selama enam bulan tanpa putus. “Kami berharap pasien TB warga Badui bisa kembali sembuh,” katanya. (Iman NR)