Edukasi

Bertambah 48, Kini 196 Sekolah di Kota Tangerang Gelar PTMT

Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Tangerang, kembali menambah jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP), untuk menggelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

Ada 48 SMP yang hari ini kembali dibuka, total jumlah sekolah yang melaksanakan PTMT ada 196, dan tersisa 5 sekolah.

Kepala Disdik Kota Tangerang Jamaluddin mengatakan, saat ini bagi sekolah yang melaksanakan PTMT diwajibkan mengakses aplikasi Peduli Lindungi. Itu berlaku bagi siswa dan guru.

Hal ini dipandang sebagai upaya deteksi, dan mencegah penyebaran Covid-19 di sekolah, serta memastikan bahwa mereka telah menerima vaksin.

“Sejumlah sekolah yang telah dibuka ada 48 SMP, diantaranya SMP Nusa Bangsa, SMP Nusaputra. Kami pastikan pelaksanaan PTMT di sekolah, para guru dan siswa telah menerima vaksin,” ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Senin (11/10/2021).

Adapun jumlah sekolah yang masih ditutup ialah berjumlah 35, dan baru bisa dibuka kembali setelah menjalani masa penutupan sekolah selama 7 hingga 10 hari.

“Jadi sekolah yang kemaren ada yang positif kita tutup sampai 7-10 hari kalau sudah ya kita buka lagi,” ungkapnya.

Jamaluddin memastikan, pihaknya terus melakukan evaluasi terhadap sekolah khususnya dalam pelaksanaan protokol kesehatan (prokes).

Jika ada sekolah yang melanggar, hal itu maka akan ada sanksi mulai dari teguran lisan hingga sanksi terberat.

“Terus kami evaluasi, contohnya yakni jika ada sekolah yang membuka kantin itu kami larang kemudian jika terjadi kerumunan penjemputan itu jika terus kami pantau,”terangnya.

Sementara, wakil kesiswaan SMPN 1 Kota Tangerang Ta’ani menuturkan, pelaksanaan Prokes terus diperketat contohnya saat siswa pulang sekolah.

“Ada dua pintu yang digunakan para siswa yakni pintu depan dan belakang sehingga menghindari penumpukan,” ucapnya.

Ta’ani memandang, penggunaan aplikasi Peduli Lindungi juga sudah memadai, dan telah diterapkan. Dengan demikian pelaksanaan PTMT di sekolah dapat berjalan optimal sesuai Protokol kesehatan.

“Mekanismenya menyesuaikan jarak kelas dengan pintu di sekolah.
gerbang depan atau belakang, maka kami arahkan para siswa untuk keluar melalui pintu tersekat. Ini kami lakukan guna menghindari penumpukan siswa,” ujarnya ditemui di sekolah.

Kata Ta’ani, pihaknya pun telah memiliki guru pengatur yang bertugas sebagai pelapis para guru yang mengajar di kelas. Mereka berperan untuk mengantisipasi jika ada kondisi buruk pada siswa. sehingga dapat dilakukan penanganan cepat tanpa menggangu proses kegiatan belajar di kelas.

“Ada enam orang guru pengatur yang bertugas setiap hari pada 9 kelas yang dibuka, mereka sebagai beckup guru di kelas. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bisa dilakukan penanganan awal,” tandasnya. (Reporter : Eky Fajrin / Editor : Sofi Mahalali)

Iman NR

Back to top button