Kesehatan

Ini Risiko Kesehatan Menyantap Gorengan Saat Berbuka Puasa

Menyantap gorengan bakwan, tahu, tempe dan lainnya saat berbuka puasa ternyata memiliki risiko kesehatan yang kurang baik setelah tubuh tidak makan dan minum selama 14 jam.

Pakar kesehatan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) DKI Jakarta dr. Ida Gunawan mengingatkan warga yang tengah berpuasa agar mengawali berbuka dengan minum atau cairan, bukan dengan mengonsumsi gorengan bakwan, tahu, tempe dan lainnya.

“Alangkah baiknya jika kita mulai dengan cairan. Karena tenggorokan yang sedang kering itu sangat membutuhkan hidrasi,” ujar dr. Ida Gunawan saat dihubungi di Jakarta, Kamis (6/3/2025).

Saat berpuasa, setelah tidak makan dan minum kira-kira hampir 14 jam, kondisi tenggorokan yang begitu kering. Karenanya, tak disarankan berbuka puasa dengan sesuatu yang kering dan tinggi lemak.

Kalaupun setelah minum, ingin menyantap gorengan, maka tak lebih dari satu porsi atau satu potong.

Ida mengatakan makanan yang digoreng banyak mengandung lemak trans. Lemak tersebut tak bagus bagi kesehatan tubuh.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kebutuhan atau penggunaan lemak trans hanya diizinkan kurang dari satu persen atau artinya harus sesedikit mungkin.

Jika seseorang mengonsumsi 2.000 kalori sehari maka lemak trans hanya diizinkan kira-kira 2,2-2,5 gram dalam sehari dan ini setara dengan setengah sendok teh.

“Anggaplah gorengan itu menggunakan setengah sendok teh, jadi kurang lebih diizinkan hanya satu potong atau satu porsi saja,” ucap Ida yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah – Puri Indah itu.

Kementerian Kesehatan menyatakan konsumsi lemak trans secara signifikan dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan berkontribusi terhadap sekitar 500.000 kematian akibat penyakit jantung koroner secara global setiap tahunnya.

Kadar lemak trans yang tinggi terdapat pada produk makanan ringan yang populer dan banyak dikonsumsi, seperti biskuit, wafer, produk roti, dan jajanan kaki lima seperti martabak.

Konsentrasi lemak trans tertinggi terdapat pada campuran margarin dan mentega, yaitu 10 kali lebih tinggi dari batas yang direkomendasikan WHO. (Pewarta : Lia Wanadriani Santosa – LKBN Antara)

Iman NR

Back to top button