Kepala PT BKI Cilegon Tersandung Kasus Korupsi Proyek Fiktif
Ditreskrimsus Polda Banten berhasil mengungkap kasus tindak pidana korupsi pekerjaan proyek konstruksi fiktif pada PT. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Cabang Cilegon.
PT. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Cabang Cilegon, merupakan perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang pengklasifikasian semua kapal berbendera Indonesia.
Kabid Humas Polda Banten AKBP Shinto Silitonga mengatakan, pengungkapan kasus tersebut berdasarkan penyidikan yang dilakukan, yaitu LP Nomor 337 tanggal 2 November 2020.
“Waktu kejadian sekitar Mei 2016 yang bertempat di PT. BKI Cabang Cilegon,” katanya didampingi Wadirreskrimsus Polda Banten AKBP Hendi, saat konferensi pers di Mapolda Banten, Kamis (3/11/2021).
Shinto mengungkapkan, PT ini melakukan tindak pidana korupsi (Tipikor) Pekerjaan Konstruksi Fiktif.
“Pekerjaan itu diantaranya pembangunan CSR-Drainage, Salak Landslide Assessment and Mitigation dan Brine Line Repair dilakukan di Kecamatan Kabandungan Sukabumi,” jelasnya.
Lebih lanjut Shinto menyampaikan, dari pekerjaan fiktif tersebut, total kerugian berdasarkan hasil audit kerugian keuangan negara dari BPKP Perwakilan Banten sebesar Rp4.489.400.213.
“Sumber dana yang dikorupsi adalah dana milik PT. BKI tahun 2016, pengungkapan berawal adanya temuan dari SPI (Sistem Pengawasan Internal) PT BKI tahun 2017,” ucapnya.
“Pasca temuan tersebut, PT BKI Pusat kemudian melakukan pelaporan ke Polda Banten tentang tindak pidana penggelapan dalam jabatan, kasus ini ditangani di Direktorat Reserse Kriminal Umum,” imbuh Shinto.
Dalam pendalaman, Shinto menjelaskan, penyelidikan dilanjutkan oleh Ditreskrimsus Polda Banten. Karena uang yang menjadi objek kerugian merupakan penyertaan modal negara di PT BKI.
Kemudian penyidik memintakan audit dari BPKP Perwakilan Banten, dan membutuhkan waktu cukup panjang untuk mendapatkan hasil audit.
“Pasca mendapatkan hasil audit, kemudian dilakukan gelar perkara meningkatkan status terhadap 2 orang yaitu JRA (51) mantan Kepala Cabang BKI Cilegon, ditangkap di rumah saudaranya di Jakarta,” ungkapnya.
“Sementara MW (40), Direktur PT. Indo Cahaya Energi (ICE), pihak ketiga yang berkontrak dengan PT. BKI untuk melakukan proyek betonisasi yang berstatus sebagi DPO,” ujarnya.
Selanjutnya Shinto menjelaskan, modus dari tersangka yang saat itu, menjabat sebagai Kepala Cabang PT BKI Cilegon yaitu mencairkan dana milik perusahaan.
Kemudian melaksanakan pekerjaan dana CSR dari perusahaan lain untuk proyek betonisasi ke pihak ketiga.
Faktanya betonisasi telah dikerjakan dengan menggunakan Alokasi Dana Desa (ADD) yang berasal dari APBN, dan APBD Cilegon.
“Kami telah melakukan pemeriksaan terhadap 18 saksi dan 2 ahli audit, beberapa fakta hukum yang telah dikumpulkan penyidik, tersangka JRA melakukan perbuatan melawan hukum yaitu jenis pekerjaan tidak sesuai dengan anggaran dasar perseroan,” ucapnya.
“Realisasi anggaran juga tidak sesuai dengan rencana kerja perseroan, prosedur penanganan kontrak dan permintaan jasa tidak sesuai, tidak melakukan verifikasi dan konfirmasi terhadap pelaksanaan kegiatan proyek, menerima cash back lebih dari Rp500juta dari pihak ketiga yang menerima kontrak,” imbuh Shinto.
Hasil korupsi tersebut, Shinto mengungkapkan, digunakan tersangka untuk kepentingan pribadi seperti untuk entertainment karaoke, belanja barang elektronik, tiket pesawat bahkan ada juga yang dikirim dan dinikmati oleh istri serta anak tersangka juga pihak lain yang masih didalami.
“Barang bukti yang disita berupa dokumen-dokumen kontrak kerja, pengajuan pengeluaran dana ke PT BKI pusat, bukti transfer dan dokumen lainnya, “Ujar Shinto.
Atas Perbuatannya tersangka dijerat Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan ancaman pidana 20 tahun penjara.
Terakhir Kabid Humas Polda Banten menegaskan Polda Banten pasti bertindak tegas terhadap koruptor dengan pasal berlapis sehingga pidana dapat diputus maksimal oleh hakim di pengadilan.
“Kami memberi warning kepada DPO MW (40), Direktur PT. Indo Cahaya Energi (ICE) untuk segera menyerahkan diri, akan dikejar hingga dapat ditangkap dan dibawa ke depan hukum pidana,”Ujar Shinto.
Shinto mengajak masyarakat untuk melakukan social control untuk menjaga uang negara diberdayakan dengan tepat untuk masyarakat. (Reporter : Hendra Hermawan / Editor : Sofi Mahalali)