News

Ketergantungan Dengan Teknologi Apakah Bisa membuat Manusia Lebih Bodoh?

Di era digital seperti sekarang, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita.

Smartphone, komputer, dan berbagai perangkat pintar lainnya telah memudahkan banyak hal membuat kita lebih efisien dan produktif.

Namun ada pula yang khawatir bahwa ketergantungan pada teknologi telah mengikis kemampuan berpikir kritis dan kreatif kita.

Isna Fauziyah – Mahasiswi S2 Pendidikan Matematika UPI

Sehingga muncul pertanyaan mendasar: apakah ketergantungan yang berlebihan pada teknologi justru membuat kita menjadi lebih bodoh?

Mari kita telaah argumen-argumen ini dari sudut pandang filsafat.

Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada teknologi

Seiring dengan meningkatnya ketergantungan kita pada teknologi.

Hal ini berdampak pada kehidupan sehari-hari, termasuk kehidupan kognitif atau pengetahuan kita.

Adanya mesin pencari seperti google, kita mungkin tidak lagi mengingat fakta-fakta penting karena kita tahu dapat dengan mudah mencarinya kapan saja dan dimana saja.

Ponsel pintar kita juga akan berisi banyak informasi yang sangat berguna.

Seperti rincian kontak, fungsi peta yang akan menemukan alamat yang dicari dengan cepat.

Kemudian fungsi buku harian yang akan mengingatkan kita tentang komitmen yang akan datang.

Aplikasi media sosial yang membuat kita tetap mendapat informasi tentang apa yang dilakukan setiap orang yang kita kenal, dan seterusnya.

Dulu ketika duduk dibangku SD pada era 2000an untuk menelpon saja harus mengingat terlebih dahulu atau dengan mencarinya di buku besar yang diberikan dari Telkom yang berisi kumpulan nomor-nomor penting seperti PLN, rumah sakit, dan lain-lain maupun nomor rekan kita.

Akibatnya sering terjadi keisengan orang misterius menelpon kita.

Namun, seperti kita semua ketahui, zaman itu sudah berubah dan kita sekarang hidup di era digital.

Telepon rumah beralih ke ponsel pintar, dan daftar kontak penting bisa diakses di internet.

Informasi kontak kita jadi lebih aman dari keisengan semacam ini karena internet tidak menyediakan informasinya.

Sejumlah penulis baru-baru ini berpendapat bahwa ketergantungan kita pada teknologi saat ini membuat kita semakin bodoh.

Dalam sebuah buku terlaris berjudul The Shallows: What the Internet is Doing to Our Brains?

Misalnya, Nicholas Carr berpendapat bahwa ketergantungan kita pada internet menurunkan perkembangan kognitif kita.

Penulis terkemuka lainnya telah membuat klaim serupa, termasuk Baroness Susan Greenfield, seorang ahli saraf terkemuka.

Dalam buku berikutnya yang berjudul Mind Change: Bagaimana Teknologi Digital Meninggalkan Jejak pada Otak Kita.

Terlalu sering mengandalkan teknologi untuk mengingat informasi, melakukan perhitungan, atau mencari jawaban dapat membuat otak kita menjadi malas bekerja.

Otot-otot otak yang seharusnya dilatih untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah menjadi kurang terasah mengurangi kemampuan kita untuk berpikir kritis dan mengingat informasi.

Pengetahuan yang diperluas

Pengetahuan atau kognisi yang diperluas adalah sebuah konsep dalam filsafat pikiran yang mengusulkan bahwa suatu proses kognitif meluas melampaui pikiran manusia tidak terbatas pada otak saja.

Melainkan dapat meluas ke objek-objek di lingkungan kita dengan kata lain melibatkan faktor-faktor ‘eksternal’, seperti teknologi.

Dalam konteks ketergantungan pada teknologi, hal ini berarti bahwa teknologi dapat berfungsi sebagai membantu kita dalam memproses informasi dan membuat keputusan.

Contohnya adalah ponsel pintar yang digunakan saat menggunakan peta digital untuk navigasi, kalkulator untuk alat hitung, atau aplikasi kalender untuk mengingat janji.

Contoh lainnya dalam pembelajaran penggunaan perangkat lunak statistik seperti SPSS yang membantu kita dalam pengolahan data secara otomatis.

Maupun sebagai guru juga menggunakan aplikasi Geogebra dalam pembelajaran geometri yang lebih terlihat visualisasi secara digital.

Sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami secara mendalam terhadap materi yang sedang dipelajari.

Apalagi tuntutan sebagai guru sekarang tidak hanya menguasasi dari sisi Pedagogical Content Knowledge (PCK) saja yang berarti guru memahami metode pengajaran.

Maupun penguasaan materi melainkan ditambah dengan istilah Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) yang berati disisipkan juga penguasaan guru terhadap teknologi dalam proses pengajaran di kelas.

Berdasarkan hal di atas, maka bisa dikatakan ada contoh pengetahuan yang diperluas, yang mana pengetahuan seseorang merupakan hasil dari proses kognitif yang diperluas.

Jika kognisi yang diperluas dan pengetahuan yang diperluas merupakan fenomena yang sah.

Maka ketergantungan kita pada teknologi saat ini mungkin paling baik dianggap sebagai semacam peningkatan kapasitas kognitif biologis kita.

Dalam hal ini, ketergantungan pada teknologi ini bukanlah yang menurunkan kapasitas kognitif kita.

Tetapi justru dapat meningkatkan kapasitas kognitif kita.

Kebajikan Intelektual dan Pengetahuan yang Luas

Kebajikan intelektual seseorang mungkin merupakan sesuatu yang akan dilakukan oleh orang bijak terlepas dari ketersediaan teknologi yang berguna dalam memberikan pengetahuan atau informasi.

Terkait dengan itu, di dunia tanpa teknologi, kita mungkin akan mengalami kemiskinan kognitif sebagai akibatnya.

Tetapi jika ketiadaan teknologi tidak memengaruhi keutamaan intelektual, maka kita tidak akan mengalami kemiskinan kognitif dalam hal ini.

Selain itu, tentu akan lebih baik menghadapi dunia seperti itu dengan berbekal keutamaan intelektual daripada tanpanya.

Salah satu alasannya adalah, seseorang akan lebih mampu memperoleh kemampuan kognitif dan pengetahuan yang telah hilang.

Hasilnya adalah bahwa orang bijak akan ingin mengembangkan keutamaan intelektualnya terlepas dari ketersediaan teknologi yang berguna secara epistemik.

Pada akhirnya penulis menyimpulkan bahwa kebajikan intelektual memiliki peranan yang sangat penting agar penggunaan teknologi dapat digunakan secara tepat untuk memperoleh informasi.

Namun tidak diperbudak oleh teknologi itu sendiri.Sumber Bacaan: Duncan Pritchard (2018), What is This Thing Knowledge, Fourth Edition.***

Abdul Hadi

Back to top button