News

MRT Jaksel – Tangsel Masuk RPJMN, FIM-PII Dorong Peran Lokal

Proyek pembangunan Mass Rapid Transi Jakarta Selatan (MRT Jaksel) yang menghubungkan Jakarta dengan Tangerang Selatan resmi masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029.

Proyek strategis ini akan membentang dari Fatmawati – Pondok Labu – Pondok Cabe – Pamulang– Serpong, dan digadang-gadang akan menjadi solusi jangka panjang terhadap kepadatan lalu lintas di kawasan penyangga Ibu Kota.

Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Pilar Saga Ichsan, menyatakan bahwa Pemkot Tangsel bersama PT MRT Jakarta telah menyepakati jalur baru ini sebagai bagian dari jaringan MRT Jabodetabek yang lebih luas.

Pihaknya memastikan trase tidak akan memicu konflik lahan, karena sebagian besar akan dibangun di atas jalan raya menggunakan struktur layang.

“Masuknya proyek MRT Jaksel – Tangsel ke dalam RPJMN menandakan komitmen serius dari pemerintah pusat untuk menghadirkan transportasi publik yang terintegrasi, modern, dan berkelanjutan di kawasan selatan Jakarta,” ujarnya.

FIM-PII Tangsel Dorong Keterlibatan SDM Lokal yang Kompeten

Menyambut dengan apresiasi terhadap rencana pembangunan tersebut, Forum Insinyur Muda Persatuan Insinyur Indonesia (FIM-PII) Tangerang Selatan menyampaikan dukungan penuh terhadap proyek nasional ini.

Ketua FIM-PII Tangsel, Zaid Ramadhan Hanan, menilai proyek MRT tidak hanya penting untuk mobilitas warga, tetapi juga harus menjadi ruang pemberdayaan bagi tenaga ahli lokal.

“Kami sangat senang pemkot Tangsel bisa berkomitmen akan mega proyek ini, kami pun mendorong agar insinyur muda di Tangsel dan sekitarnya bisa dilibatkan, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasan teknis,” kata Zaid.

Asosiasi insinyur muda tersebut mengemukakan bahwa Tangerang Selatan memiliki banyak kampus teknik ternama seperti Institut Teknologi Indonesia (ITI), Universitas Pembangunan Jaya (UPJ), Swiss German University (SGU).

Kemudian, UIN Syarif Hidayatullah, serta sekolah tinggi teknik lainnya yang telah meluluskan ribuan insinyur muda bersertifikasi.

Organisasi ini menyatakan kesiapannya membantu menghubungkan kontraktor atau konsultan MRT dengan SDM lokal yang kompeten.

Mendorong Kebijakan Tarif yang Inklusif dan Terjangkau

Selain aspek teknis, FIM-PII Tangsel turut menyoroti pentingnya pendekatan sosial dalam pembangunan MRT, khususnya terkait kebijakan tarif.

Zaid juga menegaskan bahwa keberadaan MRT harus mampu memberikan manfaat luas bagi seluruh lapisan masyarakat.

“Kami mendorong agar MRT yang merupakan simbol kemajuan kota Tangsel ini memiliki kebijakan tarif yang dirancang secara inklusif dan berkeadilan, dimana kuncinya adalah financial engineering yg tepat” ujar Zaid.

Menurutnya, keterjangkauan tarif adalah salah satu kunci keberhasilan transportasi publik. Dengan skema harga yang rasional dan subsidi yang tepat sasaran, MRT akan menjadi solusi nyata bagi kebutuhan mobilitas warga.

Infrastruktur & Inklusi

MRT Jakarta–Tangsel adalah bagian dari fase pengembangan MRT koridor selatan yang ditargetkan rampung secara bertahap mulai 2026.

Proyek ini menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), dengan estimasi kebutuhan investasi mencapai Rp 30–40 triliun.

Forum Insinyur Muda berharap pembangunan MRT di Tangsel dapat menjadi contoh kolaborasi lintas sektor yang tidak hanya fokus pada percepatan fisik, tetapi juga inklusi sosial dan pemberdayaan ekonomi lokal.

“MRT ini harus menjadi milik semua, bukan hanya yang membangunnya, tapi juga yang menggunakannya,” tutup Zaid.

Editor: Abdul Hadi

Abdul Hadi

Back to top button