Lingkungan

Pendekatan Teknologi Bisa Selamatkan Badak Jawa

Pakar Konservasi Satwa Liar dari Institut Teknologi Sumatera (Itera) Mhd Muhajir Hasibuan mengatakan pendekatan teknologi dibutuhkan guna selamatkan Badak Jawa dari kepunahan

“Untuk melindungi Badak Jawa dari kepunahan akibat perburuan, berbagai pendekatan teknologi, mutlak dibutuhkan dalam upaya pengelolaan Badak Jawa,” kata Muhajir yang juga Dosen Program Studi Rekayasa Kehutanan Itera, dalam keterangan yang diterima di Bandarlampung, Rabu (3/7/2024).

Di mengatakan pendekatan teknologi yang dapat dilakukan seperti pemanfaatan drone, kamera jebak, dan pengembangan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis AI dan IoT untuk menghitung dan memetakan habitat, jalur pergerakan, sumber pakan, ancaman, dan aspek lainnya yang mendukung kelangsungan hidup satawa langka tersebut.

“Jangan sampai satwa bercula satu ini menyusul badak di bagian dunia lainnya seperti Badak Putih Utara (Ceratotherium simum cottoni) yang dinyatakan punah di alam maupun secara fungsional,” kata Muhajir.

Untuk itu, lanjut dia, keterlibatan para pihak diperlukan dalam upaya konservasi satwa langka tersebut, tidak hanya pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Provinsi Banten, atau segelintir orang saja.

“Karena Badak Jawa adalah miliki dan kebanggaan kita semua, juga sumber ilmu pengetahuan, serta warisan anak-cucu yang sudah selayaknya harus dijaga bersama,” ucapnya.

Menurutnya, pendekatan teknologi diperlukan karena makin terancamnya populasi satawa yang dilindungi tersebut akibat perburuan.

“Saya menilai konservasi badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) atau yang biasa dikenal sebagai Badak Jawa makin hari semakin pelik,” kata Muhajir.

Terlebih, lanjut dia, satwa yang dilindungi ini belum terbebas dari berbagai ancaman tahunannya, seperti penurunan genetik akibat populasi yang semakin langka.

“Karena sejak memasuki fase dua ribuan, populasi satwa bercula satu tidak pernah lebih dari 80 individu,” katanya.

Kemudian ancaman distribusi yang semakin sempit dan hanya tersebar di bagian semenanjung Ujung Kulon saja. Risiko bencana alam, gempa dan tsunami karena letaknya di bibir pantai dan keberadaan Gunung Api Honje, di Ujung Kulon, yang setiap saat dapat mengancam keberlangsungan hidup Badak Jawa.

“Kini muncul pula masalah baru yaitu perburuan yang menyasar Badak Jawa,” kata Muhajir. (Dian Hadiyatna – LKBN Antara)

Editor Iman NR

Berita ini merupakan bagian dari kerjasama diseminasi LKBN Antara dengan MediaBanten.Com

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button