Internasional

Penembakan Massal Las Vegas Tidak Disebut Terorisme

Presiden AS Donald Trump menghindari kata terorisme dalam tragedi penembakan massal di Las Vegas, Ameri Serikat (AS), Senin (2/10-2017). Tragedi itu dinyatakan tidak memiliki motif dan disebut murni aksi kejahatan.

Pelaku penembakan, Stephen Paddock (64 tahun) diketahui tidak memiliki riwayat kriminal dan tidak memiliki motif ideologis yang jelas. Namun, hal itu tidak menghalangi munculnya berbagai spekulasi. “Motif Stephen Paddock” berada di daftar paling tinggi dalam mesin pencarian Google. Namun, belum ada penjelasan yang benar-benar mengungkap motif Paddock dalam melakukan aksi penembakan terburuk dalam sejarah moderen AS ini.

Pembunuhan massal orang-orang tak berdosa, bahkan dalam skala Las Vegas, tidak secara otomatis memenuhi definisi terorisme yang berlaku umum. Terorisme membutuhkan motif politik, ideologis, atau religius.

Namun di luar analisis akademis itu, kata ‘terorisme’ juga sering kali digunakan sebagai senjata verbal, terutama untuk melabeli tersangka Muslim. “Labelnya sangat merendahkan dan memberikan begitu banyak tekanan,” kata Martha Crenshaw, pakar terorisme di Pusat Keamanan dan Kerjasama Internasional Stanford, dikutip New York Times.

Berita mengenai serangan massal tidak hanya menyampaikan rasa duka cita, namun juga kecemasan bagi komunitas Muslim. Mereka berdoa agar penyerang bukan seorang Muslim, melainkan kaum konservatif atau kaum liberal.

Beberapa pihak mungkin merasa, usia lanjut Paddock, ras kulit putihnya, dan latar belakang agamanya sebagai non-Muslim, membuat kecil kemungkinan dia akan disebut sebagai teroris. Tragedi mengerikan ini justru membuka kembali debat mengenai kontrol senjata.

Padahal, jika Paddock tidak memiliki motif pembunuhan, maka kepemilikan senjatanya bukan merupakan kesalahan. Fenomena penembakan massal yang hanya membawa label terorisme dalam kasus-kasus tertentu, adalah fenomena yang biasa di Amerika.

Pembunuhan di AS telah meningkat lebih dari 8 persen pada 2016, menjadi 17.250 kasus, menurut laporan FBI bulan lalu. Namun kebanyakan pembunuhan terjadi dalam kasus perampokan, serangan seksual, atau perselisihan di dalam perdagangan narkoba dan usaha kriminal lainnya. (republika.co.id)

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button