Ekonomi

Produksi Jagung di Lebak Tembus 1.563 Ton Januari-April

Produksi jagung di Kabupaten Lebak periode Januari-April 2025 menembus 1.563 ton dengan luas panen 402 hektar.

“Kami mendorong petani terus meningkatkan produksi jagung dengan memperluas areal tanaman,” kata Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar dalam keterangan di Lebak, Rabu (14/5/2025).

Produksi jagung dari Januari-April 2025 terealisasi sebanyak 1.563 ton dan dipastikan menggulirkan perputaran uang miliaran rupiah dengan rata-rata harga Rp5.000 /kilogram jagung kering.

Selama ini, produksi jagung menjadikan andalan ekonomi petani Kabupaten Lebak, selain pertanian padi pangan.

Kebanyakan petani itu mengembangkan jagung hibrida dan beberapa varietas unggul sesuai banyak permintaan pasar.

Karena itu, pemerintah daerah meminta petani agar memperluas penanaman jagung hibrida guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. “Kami mengapresiasi kehidupan ekonomi petani jagung relatif baik dan sejahtera,” katanya.

Menurut dia, saat ini petani Kabupaten Lebak sebagai penghasil terbesar produksi jagung di Provinsi Banten, karena mereka mengembangkan tanaman jagung di lahan ribuan hektare.

Sentra penghasil jagung tersebar di Kecamatan Gunungkencana, Maja, Curugbitung , Cileles, Cimarga Leuwidamar dan wilayah Lebak selatan.

Ia mengatakan, para petani itu mengembangkan pertanian jagung, selain lahan sendiri juga milik BUMN dan perusahaan swasta, lembaga kementerian dan pengembang perumahan yang belum dimanfaatkan.

“Produksi jagung itu dijual ke perusahaan peternak unggas dan pasar,” katanya.

Samsuri (55) seorang petani warga Gunungkencana Kabupaten Lebak mengatakan warga di wilayahnya kebanyakan pertanian jagung karena sudah menjadi andalan ekonomi, karena dengan waktu 100-110 hari setelah tanam bisa dipanen.

Produktivitas jagung hibrida rata-rata 7 ton/hektare dengan harga kondisi kering Rp5.000/kilogram, sehingga jika diakumulasikan bisa menghasilkan Rp35 juta.

Dari pendapatan sebesar itu dipotong biaya upah kerja, pupuk dan benih Rp15 juta, sehingga mereka petani bisa meraup keuntungan Rp20 juta /panen.

“Kami di sini jika panen jagung mencapai ribuan ton dan ditampung oleh perusahaan peternakan di Balaraja, Tangerang,” katanya.

Begitu juga Samad (60) petani lainnya mengatakan selama ini pertanian jagung menjadikan komoditas andalan ekonomi di Gunungkencana.

Mereka para petani mengembangkan budi daya pertanian jagung hibrida itu dengan memanfaatkan lahan milik BUMN dengan sistem sewa. Saat ini, ribuan hektare di lahan itu dijadikan pengembangan pertanian jagung.

“Kami sangat terbantu ekonomi keluarga dari pendapatan Rp20 juta per panen dengan tanam seluas satu hektare,” ujar dia. (Pewarta : Mansyur Suryana – LKBN Antara)

Iman NR

Back to top button