Kesehatan

Sebanyak 7.189 Balita di Kabupaten Serang Menderita Stunting

Jumlah balita berusia 1-2 tahun yang menderita stunting di Kabupaten Serang tercatat 7.189 anak. Data ini hingga Juni 2020.

Karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang fokus dalam pencegahan dan penanggulangan stunting di Kabupaten Serang.

Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah memerintahkan organisasi perangkat daerah (OPD), camat, dan pemerintah desa (pemdes) untuk melaksanakan tugas dan peran aksi konvergensi penurunan penyakit tersebut.

“Pada tahun 2018, junlah gizi buruk menurun tapi stunting naik. Kita tidak boleh menganggap enteng persoalan ini,” ujar Tatu kepada wartawan.

Baca:

Rembug

Bupati membuka Rembug yang bertemakan “Strategi konvergasi stunting di Kabupaten Serang” yang dihadiri kepala OPD, Camat dari 29 kecamatan, kepala desa, dan dari Puskesmas di salah satu hotel di Kecamatan Waringin Kurung, Rabu (29/07/2020).

Kata Tatu, persoalan yang dialami anak balita bukan hanya berdampak pada bagian tubuhnya saja yang mengecil. Tetapi ini juga memoengaruhi perkembangan otaknya.

“Ini sangat membahayakan untuk generasi penerus di Kabupaten Serang. Kalau ini tidak ditangani dengan serius karena persoalan ini akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan untuk generasi ke depan,”katanya.

Dinkes mengadakan acara rembug penanganan secara menyeluruh dengan melibatkan semua OPD (organisasi perangkat daerah), camat, puskesmas, dan kepala desa (kades).

Dinas Kesehatan

Karena dalam pencegahan ataupun penanganan tidak bisa hanya dilakukan oleh dinas kesehatan.

Misalnya dengan memberi pemahaman kesadaran kepada masyarakat persoalan akan pentingnya kesehatan.

“Itu bukan hanya (tugas) dinkes. Juga para kepala desa harus duduk bersama rembug menangani persoalan ini. Dalam penanganannya tentunya perlu didukung dengan anggarannya, maka dalam rembug ini juga Bappeda hadir. Ini tugas semua stakeholder,” tegas Tatu.

Didampingi Kepala Dinkes Kabupaten Serang, Agus Sukmayadi, Tatu menjelaskan, banyak faktor atas stunting yang dialami balita.

Kemungkinan awal wanita atau ibu hamil kurangnya asupan gizi yang kurang baik. Tetapi hal ini bukan hanya faktor ekonomi. Bisa juga stunting terjadi pada orang yang berkecukupan secara ekonomi.

Misalnya anak gadis yang ingin langsing. Dia kurang asupan yang bergizi. Mereka menjadi anemia.

“Nah pemahaman ini harus masuk di sekolah tingkat SMA juga walalupun bukan kewenangan kita (pemda), agar mereka tahu perjalanan panjang terjaid stunting terhadap anak balita,” terang Tatu.

Tatu memerintagkan para kepala desa harus menyiapkan anggarannya untuk penanganan stunting.

Kepala Dinkes Kabupaten Serang, dr Agus Sukmayadi menambahkan, akan terus memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat. Terutama para remaja putri dan keluarganya agar mengonsumsi asupan gizi yang baik.

“Itu yang pertama kami lakukan. Kedua, saat mereka pra konsepsi atau pra nikah diinformasikan kepada calon pengantin pada saat hamil 3 bulan akan kita lakukan pemeriksaan dengan menggunakan buku KIA,” terang Agus.

Dikatakan Agus, stunting merupakan permasalahan gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama. Ini terjadi sejak bayi dalam kandungan. “Karena saat hamil sang ibu kurang mengonsumsi makanan bergizi,”ujarnya.

Agar stunting tidak meluas di Kabupaten Serang, sebut Agus, akan dilakukan pencegahan dan penanggulangan stunting difokuskan terhadap 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), Yaitu sejak saat perkembangan janin di dalam kandungan hingga usia anak 2 tahun.

“Namun tugas ini tidak hanya menjadi tanggung jawab Dinkesz tapi semua stakeholder di Kabupaten Serang,” ujarnya.

“Dengan rembug stunting ini kita mencoba untuk pencegahan agar tidak meluas terjadi. Kemudian penanganan pola asuh yang baik bagi yang sudah menderita stunting,” tuturnya. (Arif Sholeh)

SELENGKAPNYA
Back to top button