Tim BPCB Banten Temukan Anak Tangga Paseban Agung Keraton Surosowan
Tim Eksvakasi (penggalian) Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten kembali menemukan pondasi yang diduga merupakan undakan (anak tangga) di sebelah utara reruntuhan Keraton Surosowan.
Struktur bangunan itu mengarah ke utara menuju Museum Banten dan sebagian lagi mengarah ke perbatasan Alun-alun Masjid Banten. Namun belum diketahui, apakah bangunan taman di depan Alun-alun dan Museum Banten harus dibongkar atau tidak untuk kepentingan mengungkapkan artefak bernilai sejarah Kerajaan Islam Banten atau sebelum Islam.
Temuan ini menguatkan bukti atas dugaan temuan struktur bangunan merupakan “Paseban Agung” atau ruang untuk tamu raja, sekaligus menegaskan bahwa bagian depan Surosowan berada di sebelah utara, bukan di sebelah timur seperti yang dihias indah oleh Pemprov Banten yang tengah menata Kawasan Kesultanan Banten.
“Jadi muka atau bagian depan Keraton Surosowan itu berada di sebelah utara, bukan di sebelah timur seperti yang diasumsikan oleh Pemprov Banten yang tengah menata kawasan Banten Lama atau Kawasan Kesultanan Banten,” kata Firdaus Ghozali, mantan anggota DPRD Kota Serang seusai melihat eksvakasi di depan Alun-alun Masjid Banten, Kota Serang, Selasa (10/9/2019).
Baca:
- Firdaus: Eksvakasi Banten Lama Temukan Pondasi Menuju Alun-alun dan Museum
- Nasib Lebih 300 Pedagang Tidak Menentu Sejak Revitalisai Banten Lama
- Firdaus: Kritik Soal Banten Lama Agar Nilai Sejarah Tidak Terhapus
Bukan Museum Umum
Firdaus membenarkan, Museum Banten dibangun oleh pemerintah pusat melalui Dirjen Kebudayaan pada tahun 1985. Museum ini bukanlah museum yang dikatagorikan untuk umum, tetapi museum situs, yaitu museum untuk memamerkan artefak yang ditemukan pada penggalian di situs tersebut.
“Kalau berprinsip pada revitalisasi atau sekarang diubah menjadi penataan, tidak seharusnya ada bangunan di situs-situs tersebut. Misalnya, tidak ada itu Payung Madinah dan marmer yang menutupi alun-alun Masjid Banten. Di sebelah utara ke arah Teluk Banten, tidak ada bangunan museum. Seharusnya itu dibongkar,” katanya.
Dia mengatakan, kemungkinan tamu-tamu agung datang menggunakan kapal laut, kemudian datang ke Keraton Surosowan dengan menggunakan perahu kecil. “Tetapi ini perlu dibuktikan dengan hasil eksvakasi BPCB,” katanya.
Firdaus mengingatkan agar Pemprov Banten berhati-hati melakukan revitalisasi atau penataan Banten Lama. “Jangan sampai niat baik untuk menata kawasan Banten Lama, malah menjadi tindakan menghilangkan nilai-nilai sejarah. Misalnya Payung Madinah itu tidak dikenal dalam peradaban lampau. Keberadaan payung itu menenggelamkan ikon Kawasan Banten Lama, yaitu Menara Banten,” kata Firdaus. (IN Rosyadi)