SRI Kader 65 Ketua RT Kawasan Baduy Jadi Relawan Kesehatan
Sahabat Relawan Indonesia (SRI) mangkader 65 Ketua Rukun Tetangga (RT) di Kawasan Baduy, Kabupaten Lebak menjadi relawan agar bisa mengurus orang Baduy yang membutuhkan pelayanan kesehatan, terutama administrasi di desa, Puskesmas hingga rumah sakit (RS).
“Khusus untuk TBC, Stunting dan Ibu Hamil, kami melatih warga tertentu sebagai kader kesehatan,” kata Muhammad Arif Kirdiat, Koordinator Sahabat Relawan Indonesia (SRI) yang dihubungi MediaBanten.Com, Senin (11/12/2023).
Arif Kirdiat mengatakan, pelatihan Ketua RW dan relawan kesehatan warga Baduy itu dilakukan secara bertahap dan sudah berlangsung sejak 2 tahun lalu.
“Jadi ketika warga Baduy baik Baduy luar maupun dalam, mereka akan mengurus administrasi hingga mengantar ke fasilitas pelayanan kesehatan. Kami dari SRI terus mendorong mereka untuk mandiri. Kami menyuport dan memfasilitasi yang tidak bisa dijangkau mereka,” katanya.
Hasil dari pelatihan Ketua RT dan relawan kesehatan Baduy itu terbukti bisa efektif ketika menangani pasien bernama Jasiti asal Kampung Pamoean, Desa Kanekes Baduy.
Jasiti merupakan penderita tuberkulosis atau TBC yang telah meminum obat untuk menyembuhan selama 6 bulan terkahir.
Kisah Jasiti beraawal dari suaminya yang mengalami batuk darah pada tujuh bulan lalu. Para relawan kesehatan Baduy dan SRI langsung membawanya ke dokter, difoto rontgen yang hasilnya dinyatakan positif.
Setelah positif, para relawan yang merupakan orang Baduy sendiri bergerak, meminta orang terdekat dilakukan skrining. Istrinya bernama Jasiti dinyatakan positif. Sedangkan kedua anaknya dinyatakan negatif.
Jasiti saat itu mulai rutin mengkonsumsi obat anti TBC. “Namun anaknya harus kami pisahkan dan tinggal dengan sang nenek,” katanya.
“Yang menjadi kendala adalah lokasi Kampung Pamoean di Kawasan Baduy sebelah selatan menjadi kendala. Nah, para relawan yang telah kami latih sejak dua tahun lalu itu mengambil sampel dahak (sputum) langsung dikiri ke Serang menggunakan jasa angkutan Damri,” kata Arif Kirdiat.
Hasil pemeriksaan sputum milik Jasiti dinyatakan negatif yang berarti penyakit TBC-nya sudah sembuh, meski belum total.
“Alhamdulillah ini adalah pasien TBC ke 57 yang kami tangani dalam dua tahun di Baduy. Dari 57 pasien TBC ada 18 pasien yang meninggal karena telat tertangani dan sebagian putus obat,” ujarnya.
Katanya, penanganan kesehatan di Kawasan Baduy terutama penyakit TBC masih merupakan jalan panjang yang memerlukan kerjsama dan sama-sama kerja berbagai pihak. (Rosyadi)
Editor Iman NR