5 Tahun Terdampak Jalan Tol, SDN Inpres Cikeusal Belum Direlokasi
Lebi 5 tahun terdampak pembangunan jalan Tol Serang – Panimbang (Serpan) SDN Inpres Cikeusal yang berlokasi di Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang hingga kini masih menunggu direlokasi.
Kepala SDN Inpres Cikeusal, Jazaul Khair di Serang Rabu (22/1/2025) mengatakan, SDN Inpres Cikeusal terkena dampak pembangunan tol mulai dari tahun 2019, namun sampai saat ini belum mendapatkan kejelasan terkait informasi rencana relokasi.
“Belum ada kejelasan sampai sekarang. Informasinya master plan sudah ada dari pihak tol dari 2023, tapi sampai sekarang belum dibangun-bangun gedung sekolah yang baru,” katanya.
Ia menjelaskan, kondisi bangunan SDN Inpres semakin hari semakin memprihatinkan, terlebih ketika hujan turun dibarengi dengan banyaknya angin, serta lalu lintas kendaraan di tol yang menimbulkan kebisingan yang mengganggu proses belajar mengajar di kelas.
“Dari enam kelas, sudah ada empat kelas yang kondisi rusak seperti kaca pecah, bocor, pintu rusak, dan ini tentu sangat mengkhawatirkan ketika proses mengajar sedang berlangsung, dan suara bising dari kendaraan yang sangat mengganggu pada saat proses belajar,” katanya.
Karena itu Pihaknya berharap kepada pemangku kebijakan agar progres relokasi bisa dipercepat, sehingga nantinya proses pembangunan bisa segera dilakukan. Kemudian bisa semakin cepat direlokasi agar para siswa dapat belajar dengan nyaman dan aman.
“Kami berharap di tahun ajaran baru ini sudah memakai gedung yang baru, karena hal itu juga merupakan harapan seluruh dewan guru, siswa, dan orang tua siswa,” katanya.
Sebelumnya, tiga sekolah lainnya yang juga turut terdampak Tol Serang-Panimbang yakni SDN Cilayangguha, SDN Cipete, SDN Seba sudah selesai pembangunan dan sudah menempati gedung yang baru.
Lokasi sekolah di Jalan Raya Panosogan, Kampung Cikeusal Lor RT 09 RW 02, Desa Cikeusal, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, tepat di samping gerbang Tol Cikeusal.
Kondisi tersebut mengganggu pelaksanaan belajar-mengajar. Ketika mobil besar melintas, getaran terasa hingga ke dalam kelas tempat belajar-mengajar berlangsung.
Bangunan sekolah terbagi dalam dua block. Satu block terdiri atas empat kelas yakni kelas satu, dua, tiga, empat dan kamar mandi berdampingan dengan jalan tol.
Sementara block lainnya ruang guru serta ruang kelas lima dan enam yang lokasinya tepat berada di samping block pertama.
Pantauan di lokasi, kondisi SDN Inpres Cikeusal terlihat memperihatinkan. Terutama ruang kelas 1 yang berdampingan dengan jalan tol.
Tembok kelas satu tersebut retak dan ada kaca jendela yang pecah. Pihak sekolah hanya mampu memperbaiki dengan menutup pakai bambu.
Tak sampai di situ, kerusakan juga terlihat di bagian atap sekolah. Plafon jebol dan susunan kayu penyangga sudah lapuk. Banyak juga genteng yang berjatuhan.
Kepala SDN Inpres Cikeusal Jazaul Khair mengaku was-was dengan dengan kondisi fisik bangunan sekolah mereka. Terutama pada saat kendaraan besar melintas, baik yang hendak masuk tol atau pun keluar tol. Pasalnya, getaran yang ditimbulkan oleh kendaraan yang melintas terasa hingga ke dalam kelas.
“Yang bikin was-was ini khawatir ketika banyak kendaraan lewat ada plafon yang jatuh, genteng yang jatuh ketika belajar mengajar. Kalau ada kendaraan besar lewat terasa getarannya, baik yang keluar tol atau pun yang mau masuk tol. Jadi mengganggu proses belajar mengajar,” katanya.
Akibat getaran itu, lanjut dia, tembok retak dan atap rusak. Apalagi waktu pengurugan, terasa kuat getarannya.
“Kan setiap hari rajin memeriksa kondisi genteng, kalau ada yang mulai turun kita segera perbaiki. Khawatir menimpa siswa,” terangnya.
Pihaknya mengaku kecewa lantaran penantian mereka kurang lebih selama lima tahun tak kunjung terealisasi. Padahal berdasarkan informasi yang ia dapatkan, janji relokasi tersebut sudah disampaikan sejak 2019.
Kekecewaan mereka semakin dalam ketika melihat tiga sekolah lainnya yang juga terdampak pembangunan tol yakni SDN Cilayang Guha, SDN Seba di Kecamatan Cikeusal serta SDN Cipete di Kecamatan Kragilan sudah direlokasi.
“Kita sangat kecewa terhadap PPK jalan tol yang menjanjikan pembangunan. Karena melihat 3 SD lain yang juga terdampak jalan tol sudah direlokasi, sedangkan tinggal kita yang belum direlokasi. Kami sebagai pimpinan dan guru bisa berbuat apa, mengusulkan sudah, tapi masih belum direlokasi,” tegasnya. (Sumber: LKBN Antara dan dok mediabanten)