Ekonomi

Alat Smart Fishing Kerja Sama KKP, Unpad dan UCT Dibandrol Rp20 Juta

Teknologi pendeteksi dan pencari ikan sedang dikembangkan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Universitas Padjadjaran Bandung dan PT Unggul Cipta Teknologi (UCT). Alat itu diberi nama smart fishing. Harga jualnya, hanya Rp20 juta, jauh lebih murah dibanding alat sejenis yang mencapai Rp50 juta.

Alat smart fishing ini memiliki berbagai keunggulan. Misalnya mampu berkomunikasi dua arah sejauh 75km, GPS, kelistrikannya menggunakan tenaga matahari, tombol keselamatan, hingga mengetahui keberadaan ikan.

“Saya pikir nelayan tidak harus beli, nanti kita pikirkan bagaimana cara nelayan mendapatkan alat ini. Kita akan beli, kita akan bagikan ke nelayan. Basis teknologinya dalam negeri, teknologinya bekerjasama dengan KKP dan sudah di uji coba,” kata Menteri KKP, Edhy Prabowo di Kawasan Industri Modern, Cikande, Kabupaten Serang, Banten, Kamis (25/06/2020).

Jika nanti sudah siap pakai, diharapkan smart fishing dapat menekan biaya produksi nelayan. Caranya mempercepat penemuan lokasi berkumpulnya ikan, kemudian menangkapnya dalam jumlah besar.

Baca:

Jangan Khawatir

Nelayan juga tidak perlu khawatir jika terjadi mati mesin ditengah laut, karena bisa menekan tombol darurat dan bisa terbaca oleh kapal lainnya. Sehingga bisa cepat diberi pertolongan.

“Sudah di uji dibeberapa tempat, bekerjasama dengan perguruan tinggi, salah satu nya Unpad. Bisa disampaikan ke nelayan, bahwa ada jaminan keamanan yang pasti, bagaimana mencari ikan, bagaiaman keamanan di laut. Dengan teknologi ini agar nelayan tidak kehilangan arah saat di laut atau terombang ambing saat mati mesin,” terangnya.

Saat ini, perusahaan Unggul Cipta Teknologi (UCT) baru bisa memproduksi sebanyak seribu unit dalam satu bulan. Jika pangsa pasar sudah mampu menerimanya, maka jumlah produksi smart fishing bisa ditingkatkan.

Rudi mengklaim alat hang diproduksi bersama dengan KKP itu memiliki akurasi membaca keberadaan ikan mencapai 100 persen. Kemudian, alat komunikasinya tidak menggunakan satelit yang berbiaya mahal, melainkan dengan frekuensi radio.

“Sementara satu bulan kita bisa produksi seribu. Kita salurkan ke pemerintah, kita kerjasama dengan pemerintah sehingga kita bisa bantu nelayan. Akurasinya selalu tepat, setiap nelayan kesana, selalu ada ikan. Ketika nelayan itu menuju titik tersebut, kita juga tahu nelayan menuju koordinat itu,” kata manager Research and Development (RnD) PT UCT, Rudi Sahal. (Yandhi Deslatama)

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button