Ekonomi

Banten Salurkan Bantuan Pompanisasi Untuk Jamin Pasokan Air

Pemerintah Provinsi Banten menyalurkan bantuan pompanisasi sebanyak 30 unit untuk mendukung produksi pangan dalam upaya mewujudkan program swasembada pangan nasional.

“Kita berharap melalui pompanisasi itu dapat memenuhi ketersediaan pasokan air, dimana Agustus 2025 diperkirakan memasuki musim kemarau,” kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang Prasarana Dinas Pertanian Provinsi Banten, Saeful Bahri Maemun di Lebak, Senin (28/7/2025).

Penyaluran bantuan pompanisasi itu untuk Kabupaten Pandeglang 11 unit, Kabupaten Lebak 7 unit, Kabupaten Serang 6 unit, Kabupaten Tangerang 4 unit, dan Kota Serang 2 unit.

Pompanisasi yang disalurkan kepada petani itu, kini menggunakan sumber tenaga listrik PLN dari sebelumnya memakai bahan bakar minyak (BBM), sehingga efisien untuk menekan biaya produksi.

Pemprov Banten berharap penyaluran pompanisasi tersebut guna meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) yang awalnya dua kali tanam menjadi tiga kali tanam dalam setahun.

Dengan demikian, pihaknya optimistis melalui bantuan pompanisasi itu dapat mewujudkan program swasembada pangan.

Bahkan, Provinsi Banten tahun 2022 menempati posisi kedelapan sebagai provinsi produsen beras terbesar nasional.

“Kita berharap Banten bisa bertahan di delapan provinsi terbesar produksi pangan nasional,” katanya.

Menurut dia, Pemprov Banten minta kelompok tani (koptan), gabungan kelompok tani (gapoktan) dan masyarakat petani bekerja keras guna mendukung program pangan.

Bila petani sudah memasuki musim panen raya agar kembali melaksanakan gerakan percepatan tanam dengan menggunakan benih berkualitas dengan masa panen antara 95-110 hari setelah tanam.

Ia mengatakan, Pemprov Banten tahun 2025 melaksanakan kegiatan pengembangan lahan non rawa dalam format optimasi lahan dengan target seluas 8.000 hektare.

Pengembangan optimasi lahan non-rawa tersebut dilaksanakan di luar Sistem Irigasi Teknis dan mulai dilaksanakan Agustus mendatang.

“Jadi, ada beberapa tahapan dimulai dengan pembuatan dokumen, survei identifikasi dan desain melalui jasa konsultan, kemudian konstruksi yang dilaksanakan oleh kelompok tani penerima melalui pola padat karya, dan terakhir yaitu pengolahan lahan sawah,” kata Saeful.

Untuk penanganan masalah kekeringan di wilayah beririgasi, dilakukan melalui empat langkah yang nyata antara lain melakukan pengawalan ketat gilir, giring irigasi dari waduk.

Selain itu, juga langkah kedua, dan ketiga yaitu pemanfaatan sumber-sumber air yang masih tersedia melalui pompanisasi serta pemanfaatan irigasi air tanah dangkal.

“Kami meyakini produksi pangan di Banten dapat menyumbangkan ketersediaan pangan nasional,” katanya. (Pewarta : Mansyur Suryana – LKBN Antara)

Iman NR

Back to top button