Hotel Singgah Yasmin Bantah Kamar Penuh Pasien Covid 19
Hotel Singgah Yasmin yang berlokasi di Kelurahan Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang membantah hotelnya sudah penuh oleh pasien konfirmasi atau positif Covid 19. Dari 135 pasien dinyatakan sembuh dan tersisa 102 pasien. Semua pasien merupakan orang tanpa gejala (OTG) yang menjalani isolasi.
Penangungjawab Medis Hotel Singgah Yasmin, Muchlis mengatakan, sejak dioperasikan Hotel Singgah khusus pasien Orang Tanpa Gejala (OTG) Covid-19 ini sudah ada 135 pasien yang dinyatakan sembuh. Sementara sisanya 102 pasien masih menjalani isolasi dan perawatan.
“Selesai isolasi atau sudah dinyatakan sembuh ada 135 pasien. Sementara 102 pasien masih diisolasi,” tutur Muchlis, Selasa, 29 September 2020. Terkait kondisi Hotel Singgah Yasmin saat ini sudah penuh, diakuinya tidak benar.
Menurutnya, berdasarkan standar operasi prosedur (SOP), ruangan yang sudah digunakan pasien harus dikosongkan selama dua hari untuk dilakukan strelisasi. Misalnya, jika hari ini ada 25 pasien yang sembuh dan dipulangkan, maka ruangan itu tidak boleh dipakai selama dua hari karena harus disterilkan.
Baca:
- Irna: Pengelola Wisata dan Hotel Agar Tawarkan Liburan Eksklusif
- Ssst! Setelah Tsunami Selat Sunda, ASN Pemprov Banten Boleh Lagi Rapat di Hotel
“Hari ini, ada yang pulang 25 pasien diluar 135 pasien. Sesuai SOP, sterilisasi ruangan baru bisa dipakai pasien berikutnya dua hari lagi,” tegas Muchlis.
Sementara itu tenaga medis yang terpapar Covid-19 di Kabupaten Tangerang sebanyak 15 orang. Mereka terdiri dari dokter, perawat dan tenaga kesehatan yang lainnya. Juru bicara gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 Kabupaten Tangerang Hendra Tarmidzi mengatakan, rata-rata nakes yang tertular Corona saat berada di rumah.
Sebab, saat interaksi di rumah tidak mengenakan alat pelindung diri (APD). Sehingga potensi terpapar tinggi apalagi yang sedang merawat suami atau sanak saudara di rumah masing-masing. “Tenaga kesehatan ini, rata-rata bukan yang bekerja di puskesmas dan rumah sakit tertular di rumah. Sebagian besar tertular di rumah, karena merawat suaminya atau adiknya atau orang tuanya. Jadi bukan dari pasien yang datang ke rumah sakit,” tuturnya.
Hendra menegaskan pasien yang datang ke rumah sakit terbilang aman dan tidak menularkan ke tenaga kesehatan. Pasalnya, tenaga kesehatan yang menangani pasien menggunakan standar APD level tiga. Selain itu, penerapan protokol kesehatan di rumah sakit cukup ketat dibanding di tempat lain.
“Biasanya kalau pasien datang itu aman, karena tenaga kesehatan memakai APD. Rawannya justru di rumah. Sebab tidak memakai APD. Kalau yang di rumah sakit rata-rata tanpa gejala (OTG). Mereka dokter dan perawat aktif yang bekerja merawat pasien. Semua tenaga kesehatan yang tertular berstatus tanpa gejala,” paparnya.
Hendra menambahkan sebagian tenaga kesehatan yang terpapar sudah dinyatakan sembuh dan beraktivitas seperti sebelumnya. “Ya hanya ada dua atau tiga orang tenaga kesehatan yang masih menjalani perawatan. Atau belum dikatakan sembuh,” pungkasnya. (Rivai Ikhfa)