KNPI Kabupaten Serang Diskusi Soal Peluang Bisnis Kaos Khas Banten
Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPD KNPI) Kabupaten Serang menggelar diskusi Youth Enterpreneurship (Kewirausahaan Pemuda) tentang peluang usaha kaos Banten di Gedung D’wiza Resto di Copocok Jaya, Kota Serang, Sabtu (29/9/2018).
“Peluang usaha ini cukup unik. Di Bali, terkenal dengan kaos Balinya. Di Yogyakarta, ada yang namanya Dagadu dan kaos-kaos sejenisnya yang banyak di daerah lain. Nah, di Banten sebenarnya sudah ada sekelompok pengusaha muda yang menggagas branding kaos berciri khas kebantenan. Kita tampilkan penggagas dan pengusahanya,” kata Ibnoe Nurul Ibadurachman, Ketua DPD KNPI Kabupaten Serang.
Namun pengembangan kaos khas Banten itu memerlukan ekosistem yang menunjang perkembangan dan pertumbuhannya. Sekretaris DPD KNPI Kabupaten Serang, Eeng Kosasih dan Babay Suhendri, Ketua Forum UMKM Kabupaten Serang berpendapat, perlunya keterampilan menyablon kaos yang disertai seni untuk disebarkan ke sejumlah anak muda yang akan menjadi penggiat usaha kaos khas Banten.
“Apalagi mode usaha sekarang sudah berkembang sedemikian rupa yang menuntut pelaku usaha untuk berbagi keuntungan dengan para stakeholders, termasuk berbagi keuntungan untuk pelaku yang memasarkan kaos di internet. Intinya, tidak perlu semua aset dimiliki untuk memproduksi dan memasarkan kaos, tetapi harus berpikir ada bagian-bagian yang disharing kepada pihak lain, termasuk tentunya sharing keuntungan,” kata Babar Suhendri.
Baca: Pemprov Akan Usulkan Kembali Pembangunan Bandara Banten Selatan Ke Pusat
Diki Kurniawan, penggiat Banteners yang salah satunya memproduksi kaos khas Banten memaparkan sejarah kaos yang akhir-akhir ini menjadi tren digunakan anak milenial. Kaos dikenal dengan nama T-Shirt karena bentuknya lehernya berhuruf T. Jenis kaos ini sering dikenakan tentara Inggris pada abad 19 dan 20. Kaos ini dibawa ke Indonesia oleh Belanda dan termasuk barang mahal karena pemintalannya masih tradisional, bukan menggunakan teknologi tinggi pemintalan benang.
Industri kreatif bermunculan pada tahun 1980-an, di antaranya melalui sablon kaos dengan gambar dan motif-motif yang memiliki pesan khusus dan menarik. Merek terkenal yang muncul di era itu adalah C59 di Bandung, Joger di Bali, Dagadu di Yogyakarta. Semua merek itu merupakan industri kreatif dalam negeri. Namun dari luar negeri pun kaos masuk melalui merek terkenal seperti Hammer, Posboy, Oshela dan sebagainya.
Tahun 1990-an, bermunculan insan kreatif yang mendesain, memroduksi dan menjual sendiri kaos-kaos tersebut. Penjualan mereka disebut Distro atau singkatan dari Distribution Outlet yang berarti toko tempat menjual barang, khususnya kaos-kaos buatan sendiri.
Banteners antara lain memilik konsep untuk mendesain dan memproduksi kaos khas Banten seperti Dagadu Yogya, Joger Bali, C59 Bandung dan sejenisnya. “Kami siap untuk menularkan ilmu mendesain, menyablon dan produksi kaos-kaos tersebut,” kata Diki Kurniawan. (Adityawarman)