Demo 14 organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Empat Oktober (Getok) di depan gedung DPRD Provinsi Banten berubah ricuh, Kamis (4/10/2018) setelah Gubernur Banten, Wahidin Halim dan Andika Hazrumy, Wakil Gubernur Banten tidak menemui pendemo untuk menandatangani kesepakatan bersama (MoU).
Kemunculan Asep Rahmatulloh, Ketua DPRD Banten yang berusaha bertemu justru ditolak para pendemo. Pendemo tetap meminta Gubernur dan Wakil Gubernur yang menemui para pendemo.
Ke-14 organisasi mahasiswa itu adalah Keluarga Mahasiswa Pandeglang (Kumandang), Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala), Keluarga Mahasiswa Cibaliung (Kumaung), Gerakan Mahasiswa Serang Utara (Gamsut), Bem Unsera, Himpunan Mahasiswa Tengarang (Himata), Komunitas Sudirman 30 (KMS30), Himpunan Mahasiswa Asal Serang (Hamas), IMC, GMTT, HMIMPO, SMGI, SWOP dan FMI.
Dalam orasi, para pendemo menuding WH (sapaan untuk Wahidin Halim) dan Andika Hazrumy telah membohongi rakyat Banten dengan tidak menepati janji-jani dalam kampanye Pemilihan Gubernur (Pilgub) yang dimenangkan pasangan tersebut. Janji itu di antaranya pengobatan gratis dengan menggunakan kartu tanada penduduk elektronik (KPT El).
Baca: Pemprov Gelar Upacara Peringatahan HUT ke-18 di Lapangan Kawasan Banten Lama
Mahasiswa janji pengobatan gratis menggunakan KTP El hingga saat ini tidak bisa dipenuhi oleh WH-Andika. Warga miskin berobat tetap harus menjadi peserta Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan wajib membayar iuran setiap bulan. Ada yang menggunakan surat keterangan tidak mampu (SKTM), namun sering tidak dilayani di rumah sakit mapun fasilitas kesehatan lainnya.
Setelah berorasi, para pendemo meminta Wahidin Halim dan Andika Hazrumy untuk keluar gedung DPRD menemui pendemo dan menandatangani memorendum of understanding (MoU) dengan Aliansi Getok. Karena tidak keluar juga, para pendemo mulai merangsek ke pintu gerbang DPRD untuk mencegat Wahidin Halim maupun Andika Hazrumy. Namun keduanya diperkirakan keluar melalui jalan samping, sehingga tidak tercegat oleh pendemo.
Kericuhan pun tidak dapat dihindari ketika mahasiswa membakar dua ban mobil bekas untuk melampiaskan kekecewaan atas sikap Wahidin dan Andika tersebut. Polisi menembakan water cannon untuk memadamkan api tersebut. Pendemo pun mencegah tindakan polisi tersebut yang pada akhirnya terjadi kericuhan. (Adityawarman)