MSF: Pemimpin Dunia Harus Lindungi Warga dari Perubahan Iklim
Medecins Sans Frontieres (MSF) / Dokter Lintas Batas memperingatkan para pemimpin dunia yang berkumpul di Dubai untuk COP28 harus bertindak segera melindungi kesehatan masyarakat yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim.
“Orang-orang yang paling rentan di dunia harus membayar dengan kesehatan dan nyawa mereka untuk masalah yang tidak mereka ciptakan,” kata Dr Christos Christou, Presiden Internasional MSF dalam sebuah pernyataan yang diterima MediaBanten.Com, Minggu (26/11/2023).
Katanya, tidak masuk akal dan tragis bahwa mereka yang paling tidak bertanggung jawab atas emisi yang menyebabkan darurat iklim harus menanggung akibatnya.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya berada dalam krisis iklim, namun juga krisis kemanusiaan dan solidaritas.
Darurat iklim adalah darurat kesehatan dan kemanusiaan. Dampak perubahan iklim yang parah terhadap kesehatan telah berdampak pada manusia di seluruh dunia dan diperkirakan akan meningkat seiring berjalannya waktu seiring dengan pemanasan bumi.
MSF bekerja di banyak negara yang paling rentan terhadap iklim dan merawat pasien yang mengalami dampak kesehatan akibat perubahan iklim secara langsung.
Tahun 2023, MSF terus menyaksikan dan menanggapi dampak dari peristiwa-peristiwa tersebut, termasuk banjir yang meluas di Sudan Selatan, angin topan yang parah di Myanmar, Madagaskar, dan Mozambik, serta panas yang tiada henti dan kekeringan berkepanjangan yang telah menyebabkan jutaan orang berada di ambang kelaparan di seluruh Tanduk Afrika.
MSF merespons beberapa wabah kolera yang terjadi secara bersamaan di beberapa negara dan tingginya angka demam berdarah di seluruh Amerika.
Percampuran penyakit malaria dan malnutrisi yang mematikan telah membuat bangsal anak-anak penuh di seluruh Sahel, termasuk di bagian timur Chad, tempat orang-orang mengungsi akibat konflik mengerikan di Sudan.
“Ini bukan masalah di masa depan. Itu sedang terjadi sekarang. Kami melihatnya di ruang tunggu kami,” kata Dr Christou.
Hal ini terjadi karena kepemimpinan politik global gagal memenuhi komitmen untuk mengurangi emisi dan memenuhi janji mereka untuk mendukung negara-negara yang paling terkena dampak untuk beradaptasi.
Ketika para Pihak Konferensi mengkaji kemajuan dalam mencapai tujuan iklim, sudah jelas bahwa kurangnya tindakan iklim telah menempatkan kesehatan masyarakat pada risiko yang besar.
Kegagalan untuk membatasi pemanasan global pada 1,5 derajat Celsius merupakan ancaman nyata bagi banyak orang dalam konteks kemanusiaan di mana MSF bekerja.
Komunitas dan negara yang paling terkena dampak telah berulang kali meminta, namun tidak menerima, dukungan yang mereka butuhkan untuk menghadapi dampak perubahan iklim.
Mereka memerlukan komitmen nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerlukan dukungan finansial dan teknis yang nyata.
Komunitas-komunitas ini perlu melihat aksi iklim yang setara dengan skala darurat iklim. Dunia tidak bisa terus melihat krisis kemanusiaan yang semakin parah, dan masyarakat yang paling rentan di dunia terus menanggung dampaknya.
“Kita tidak boleh mengalami kegagalan lagi. Berapa tahun lagi yang akan berlalu, berapa banyak COP lagi, dan berapa banyak lagi nyawa yang akan terkena dampak – atau hilang – sebelum langkah-langkah konkret diputuskan dan ditindaklanjuti?” katanya. (Cici Riesmasari – LO MSF Indoensia)
Editor Iman NR