Internasional

Ketegangan AS-Iran Meledak, Harga Minyak Meroket

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan telah “menghancurkan” fasilitas nuklir utama milik Iran. Imbas dari eskalasi militer ini langsung terasa di pasar global. Harga minyak mentah dunia melonjak tajam pada awal perdagangan Senin (23/6/2025).

Seiring meningkatnya kekhawatiran investor terhadap potensi terganggunya pasokan energi dunia dari kawasan Teluk.

Pernyataan tersebut disampaikan menyusul serangan udara AS yang menargetkan tiga situs strategis di Fordow, Isfahan, dan Natanz pada Sabtu (21/6/2025) waktu setempat.

Mengutip laporan Aljazeera dan dari berbagai media, Senin (23/6), harga minyak jenis Brent sempat melesat lebih dari 4 persen, menyentuh level tertinggi sejak Januari.

Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami lonjakan serupa. Meskipun sempat terkoreksi, hingga pukul 00.30 GMT.

Brent tercatat naik 2,2 persen ke level USD 79,20 per barel, dan WTI menguat 2,1 persen ke posisi USD 75,98 per barel.

Analis dari MUFG Financial Group memperingatkan bahwa ketidakpastian tinggi terhadap arah konflik dan durasi ketegangan dapat mendorong harga minyak naik lebih jauh, bahkan hingga USD 10 per barel dalam jangka pendek.

Iran, sebagai produsen minyak terbesar kesembilan di dunia dan anggota penting dalam Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), memiliki kapasitas produksi sekitar 3,3 juta barel per hari.

Sekitar setengah dari jumlah tersebut diekspor, sementara sisanya digunakan untuk konsumsi domestik.

Kekhawatiran pasar meningkat tajam setelah muncul laporan bahwa Iran tengah mempertimbangkan opsi ekstrem: menutup Selat Hormuz.

Selat ini merupakan jalur pelayaran vital, dilalui oleh sekitar 20 juta barel minyak mentah per hari—setara dengan seperlima konsumsi global.

Menurut laporan media lokal, parlemen Iran disebut telah menyetujui usulan penutupan selat tersebut sebagai respons atas serangan AS.

Namun, keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Iran, yang hingga kini belum memberikan pernyataan resmi.

Jika skenario ini terjadi, para pengamat memperingatkan bahwa pasar energi global akan menghadapi guncangan besar yang berisiko memicu krisis pasokan dan lonjakan harga yang lebih agresif dalam beberapa pekan ke depan.

Dengan dunia yang kembali berada di ambang krisis energi, semua mata kini tertuju pada Teheran dan Washington.

Perkembangan selanjutnya dipastikan akan menjadi penentu arah ekonomi global dan stabilitas geopolitik dalam waktu dekat.

Editor: Abdul Hadi

Abdul Hadi

Back to top button