Fatwa

Muhammadiyah: Tidak Ada Ibadah Khusus Nisfu Sya’ban

Bulan Sya’ban memiliki banyak keutamaan. Rasulullah dalam hadis riwayat ‘Aisyah menganjurkan supaya memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban ketimbang bulan-bulan lainnya. Namun tidak ada riwayat atau hadis shahih yeng merujuk ibadah khusus pada malam pertengahan bulan atau nisfu Sya’ban.

Aisyah, isteri Rosul menyebut Nabi Muhammad berpuasa sebulan penuh disambung dengan bulan Ramadan sebagaimana diriwayatkan melalui jalur Abu Salamah maupun dari jalur Abdullah bin Abi Qays.

“Rasulullah memperbanyak puasa sunnah. Kita bisa melakukan Puasa Daud, bisa Puasa Senin-Kamis sehingga memperbanyak puasa di bulan ini sangat efektif mempersiapkan bulan Ramadan,” jelas Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah Agus Tri Sundani seperti dikutip dari muhammadiyah.or.id.

Anjuran memperbanyak puasa sunnah lebih-lebih karena kemuliaan bulan Sya’ban yang di dalamnya terdapat malam pertengahan (Nisfu Sya’ban) di mana amal manusia diangkat ke langit Allah Swt.

“Bulan itu, banyak manusia yang lalai, yaitu (bulan) antara Rajab dan Ramadhan, bulan diangkatnya amal-amal kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa,” demikian penjelasan Rasulullah melalui hadis riwayat Usamah bin Zaid RA.

Puasa Bulan Sya’ban

Kendati Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan umat Islam berpuasa, menurut Agus Tri Sundani, Nabi juga mewanti-wanti umat Islam untuk memahami kemampuan dirinya dalam mengadakan puasa sunnah. Jadi tidak berlebih-lebihan, bahkan cenderung memaksakan andaikata kondisi tidak memungkinkan.

Perhatian itu dianggap penting sebab di bulan Ramadan seorang muslim diwajibkan berpuasa penuh selama 30 hari. Jika melaksanakan puasa penuh di bulan Sya’ban, dikhawatirkan seseorang merasa bosan dan terganggu keikhlasannya dalam menjalankan puasa Ramadan.

“Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian mendahului puasa Ramadhan dengan melakukan puasa sehari atau dua hari (sebelumnya), kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa (dan waktu kebiasaan puasanya itu jatuh) pada hari itu, maka silahkan dia berpuasa pada hari itu,” demikian penjelasan Nabi dalam hadis riwayat Abu Hurairah RA.

Tidak Ada Ibadah Khusus di Malam Nisfu Sya’ban

Sementara itu untuk ibadah khusus di malam Nisfu Sya’ban, Agus Tri Sundani melanjutkan, bahwa Muhammadiyah tidak mengenal ibadah khusus meski terdapat banyak hadis yang menyinggung keutamaan malam itu.

Menurutnya, umat muslim boleh melakukan ibadah apapun tanpa mengkhususkan satu bentuk ibadah tertentu.

“Kan banyak tradisi kalau malam Nisfu Sya’ban berkumpul di masjid lalu baca Yasin sekian, itu tidak pernah disyariatkan ada acara semacam itu, tapi bagi sebagian ulama itu adalah malam yang di mana diangkat semua pahala, sehingga kita sebaiknya memperbanyak amal,” tutur Agus.

Dari hadis Abu Tsa’labah dan Abu Musa, Rasulullah menyebutkan bahwa Allah memberi ampunan di malam Nisfu Sya’ban kecuali bagi orang musyrik dan pendengki.

“Sekali lagi, peringatan-peringatan itu dalam Muhammadiyah memang tidak ada acara-acara khusus, tapi yang jelas amalan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah adalah memperbanyak puasa, karena memang kita bersiap menjalani Ramadan,” pungkasnya. (*)

Sumber: Muhammadiyah.or.id. LIhat halaman aslinya, KLIK DI SINI.

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button