Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten menurun pada triwulan I tahun 2020 sebesar 3,9% dibandingkan pertumbuhan triwulan IV tahun 2019 tercatat 5,9%. Penurunan ini secara umum disebabkan dampak pandemi Covid 19.
Demikian Laporan Perekonomian Banten yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) yang dikutip MediaBanten.Com, Jumat (26/6/2020). Laporan itu bertanggal 12 Juni 2020.
Laporan Kajian Ekonomim Regional BI itu menyebutkan, Dari sisi penawaran, penurunan disebabkan menurunnya kinerja industri utama yang terdampak pandemi, seperti industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, transportasi, pergudangan dan real estate.
Dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional 2,9%, pertumbuhan ekonomi Banten masih lebih tinggi. Tingkat pertumbuhan ini juga menempati urutan kedua di Pulau Jawa, setelah DKI Jakarta yang tumbuh 5,06%, Jatim 3,04%, Jabar 2,7%, Jateng 2,6% dan Yogyakarta -0,17%.
Baca:
- Kadin Kota Serang: Bank Banten Jangan Dijadikan Bank Syariah
- Gubernur: Bank Banten Bakal Dijadikan Bank Syariah
- Surat Gubernur: Uang Pemprov Rp1,9 T Dikonversi Modal Bank Banten
PDRB Banten
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Banten atas dasar harga berlaku triwul I 2020 tercatat Rp165,7 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2019 sebesar Rp172,7 triliun. PDRB ini didominasi konsumsi rumah tangga Rp89,44 triliun atau 53,99%, pembentukan modal tetap bruto Rp54,12 trililun atau 32,67% dan net ekspor Rp15,57 triliun atau 9,5%. Kontribusi pemerintah terahdap PDRB hanya Rp5,56 triliun atau 3,36%.
Dari sisi pengeluaran, melambatnya pertumbuhan ekonomi Banten didorong menurunnya konsumsi rumah tangga dan net ekspor. Panurunan konsumsi disebabkan pandemi Covid 19. Sedangkan penurunan ekspor juga disebabkan lockdown pada negara-negara yang menajadi tujuan ekspor.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,19% pada triwulan I 2020, lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2019 sebesar 4,64%. Konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga dan konsumsi pemerintah juga menurun masing-masing 3,14% dan 0,47%.
Melambatnya konsumsi rumah tangga tercermin dari menurunnya kredit perumahan dan kredit multiguna. Kredit perumahan tercatat 10,18%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya 12,46%. Kredit multiguna membukukan angka tetap 19,53%. Sedangkan KPR untuk rumah luas justru tumbuh negatif -0,89%.
Konsumsi Rumah Tangga
“Pelambatan konsumsi rumah tangga tertahan tingkat inflasi Banten, kenaikan upah minimum dan pencairan dana bantuan sosial. Pencairan dana itu menjaga kemampuan konsumsi masyarakat,” tertulis dalam Laporan Bank Indonesia itu.
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Banten tahun 2020 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2019 baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi belanja, masing-masing sebesar 6,6% dan 8,7%. Sampai dengan triwulan I 2020, realisasi pendapatan APBD Provinsi Banten mencapai 13,4% dengan nilai sebesar Rp1,7 triliun.
Sementara itu, realisasi belanja APBD Provinsi Banten sampai dengan triwulan I 2020 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari Rp1,1 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp1,2 triliun pada tahun 2020, atau mencapai 9,4% dibandingkan pagu.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Banten pada triwulan I 2020 tercatat sebesar 2,99% (yoy) atau meningkat dibandingkan dengan posisi pada triwulan IV 2019 yang mencapai 2,65% (yoy). Namun, angka tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada 3 tahun terakhir yaitu sebesar 3,28% (yoy).
Regional Jawa
Meski mengalami peningkatan, angka tersebut masih berada di bawah realisasi inflasi regional Jawa yang mencapai 3,28% (yoy) dan sedikit di atas Nasional yang tercatat sebesar 2,96% (yoy). Secara spasial, peningkatan tekanan inflasi yang terjadi di Provinsi Banten pada triwulan I 2020 disebabkan oleh meningkatnya tekanan tiga kota sampel IHK.
Berdasarkan kelompok pengeluarannya, peningkatan tekanan inflasi di Provinsi Banten disebabkan oleh peningkatan tekanan harga di 5 (lima) kelompok pengeluaran, terutama kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, khususnya komoditas emas perhiasan yang bergerak naik seiring harga emas dunia.
Sementara itu, dari sisi intermediasi perbankan di Provinsi Banten tercatat mengalami penurunan yang dicerminkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) yang lebih rendah. Pada triwulan I 2020, LDR tercatat sebesar 169,50%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 174,46%.
Penurunan LDR yang terjadi di tengah melambatnya penyaluran kredit, lebih diakibatkan oleh lebih tingginya pertumbuhan DPK dibandingkan pertumbuhan kredit. Dari sisi risiko, rasio NPL (Non Performing Loan) mengalami penurunan dari 2,17% pada triwulan IV 2019 menjadi 1,91% pada triwulan I 2020. Rasio NPL tersebut masih berada di bawah threshold sebesar 5%.
Sistem Pembayaran
Seiring menurunnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan I 2020, kinerja transaksi Sistem Pembayaran (SP) di beberapa sektor tercatat mengalami penurunan. Secara nominal, transaksi non tunai melalui RTGS maupun kliring tercatat mengalami peningkatan namun pertumbuhannya melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, sehubungan dengan pandemi COVID-19, terjadi peningkatan penyaluran Bantuan Sosial di Provinsi Banten yang bersumber dari APBN khususnya Program Sembako. Pada bulan Maret 2020, sehubungan dengan pandemi COVID-19, nominal program sembako dinaikkan menjadi Rp200.000/KPM/bulan. Rata-rata Keluarga Penerima Manfaat (KPM) pada triwulan I 2020 berjumlah ±485.751 KPM per bulan. Penyerapan Program Sembako oleh KPM mencapai 93,9% atau sejumlah ±456.138 KPM per bulan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,36%.
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Banten pada periode Februari 2020 mengalami penurunan seiring dengan menurunnya jumlah angkatan kerja disertai dengan meningkatnya jumlah pengangguran. Hal ini seiring dengan melambatanya pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten triwulan I 2020 yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan III 2020 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2020 yang didukung oleh konsumsi rumah tangga, investasi, dan membaiknya kinerja ekspor-impor terutama antar daerah. Di sisi penawaran, sebagian lapangan usaha utama diperkirakan akan tumbuh meningkat antara lain Perdagangan, Pertanian, Akomodasi & Makan Minum, dan Transportasi & Pergudangan.
Di sisi perkembangan harga, laju inflasi Provinsi Banten pada triwulan III diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan II 2020. Namun, laju inflasi pada tahun 2020 masih sejalan dengan target pemerintah di kisaran 3,0±1% (yoy) meskipun diperkirakan lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi tahun 2019.
Hal ini disebabkan tertahannya konsumsi masyarakat akibat pandemi COVID-19 dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah. Berdasarkan kelompok komoditas, inflasi Provinsi Banten pada tahun 2020 utamanya didorong oleh komoditas kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. (IN Rosyadi)