EkonomiHeadlinePolitik

Warga Mulai Lakukan “Perlawanan” Terhadap Larangan Transportasi Online

“Perlawanan” mulai dilakukan warga terhadap pelarangan aplikasi transport online. Di Balikpapan, sudah lebih 1.500 penandatangan petisi di situs change.org yang digagas oleh masyarakat Balikpapan Mendukung Jasa Angkutan Online. Sedangkan dukungan serupa dilakukan warga Jawa Barat. Ada 4 petisi yang meminta pemerintah jangan menafikan perkembangan teknologi dan informasi yang justru meguntungkan warga.

Di Serang dan Cilegon, banyak warga yang mengaku merasa terbantu dan senang terhadap keberadaan aplikasi transportasi online dan fasilitasnya. Bahkan sejumlah pemilik usaha mengaku, fasilitas Gojek, yaitu Gofood justru menaikan omzet penjualan secara signifikan. “Waktu Jalan Kiajurum diperbaiki pemerintah, praktis pembeli kami dilayani pesanan melalui Go-Food milik Gojek,” kata Bustomi, pemilik Rumah Makan (RM) Bebek Nduk Serang di Cipocok Jaya, Kota Serang.

Salah satunya petisi berjudul ‘Jangan Kembali Renggut Kebebasan Masyarakat Jawa Barat Untuk Memilih Transportasi!!’. Petisi yang dibuat oleh akun Warga Bandung itu mempetisi Presiden Jokowi, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Kadishub Jabar Dedi Taufik Kurohman.

Dalam petisi tersebut disebutkan jika pernyataan Wadah Aliansi Aspirasi Transportasi (WAAT) mengenai penghentian beroperasinya transportasi online. Hal tersebut dianggap jika pemerintah mengabaikan hak masyarakat luas dalam memilih layanan transportasi.  “Keputusan yang sulit dipercaya keluar dari pemerintah Jawa Barat dan Kota Bandung yang terkenal akan semangat kemajuan. Bapak Presiden RI yth, mohon agar menjadi perhatian atas kekhawatiran masyarakat ini,” tulis petikan paragraf kedua petisi tersebut.

Pada akhir petisi penulis kembali meminta agar pemerintah membebaskan masyarakat sebagai calon penumpang untuk memilih moda transportasi apa yang akan digunakan. “Bebaskan penumpang memilih, tindak tegas monopoli dan anarki, dan mengecam keras segala tindakan main hakim sendiri!,” tutup petisi tersebut.

Hingga Kamis siang pukul 11.00 WIB petisi tersebut sudah didukung dan ditandatangani oleh 42.151 orang. Tidak hanya ikut mendukung dengan menandatangani petisi, para warganet juga banyak yang memberikan komentarnya.

“Memudahkan kami untuk pergi ke tempat yang kami tuju dengan mudah tanpa harus ada biaya tambahan, memudahkan kami juga di kala lapar dengan menggunakan go-food. Saya tidak setuju jika aplikasi transportasi online ditutup,” kata Meylinda.

Go-food adalah layanan membelikan dan mengantarkan makanan dari Go-Jek. Dengan aplikasi itu warga tinggal pesan minta dibelikan makanan yang diinginkannya, segera dicarikan dan dibelikan driver Go-Jek, dan diantarkan sampai rumah.  Karena itu para penjual makanan dan pedagang yang berbisnis secara daring juga menyatakan sangat terbantu oleh transportasi daring.

Ari Kumis, misalnya, pemilik warung makan di Jalan Soekarno-Hatta Km 6, menceritakan separo pelanggannya ia tidak pernah tahu siapa, kecuali para pengemudi ojek online yang membelikan pesanan mereka. “Banyak yang suka bandeng bakar tanpa duri di sini. Para pengemudi Go-Jek itu yang bantu menaikkan omset saya,” kata Ari.

Begitu juga dengan sejumlah penjual martabak di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta mulai dari Km 2,5. Para pelanggan mereka tidak lagi warga yang baru pulang kerja, tapi juga warga yang sudah tiba di rumah atau malah tidak kemana-mana. Mereka membeli martabak Rizky melalui layanan Go-Food yang ada pada Go-Jek. “Kalau hujan terutama,” kata Anto yang berjualan di dekat pertigaan Kariangau-Jalan Soekarno-Hatta.

Antar Obat Pasien

Di Banyuwangi, Pemkab setempat malah menggandeng GoJek Indonesia dan resmi meneken nota kesepahaman (MoU) untuk meningkatkan layanan kesehatan. GoJek akan menyediakan fasilitas antar obat secara gratis ke rumah pasien miskin dari dua rumah sakit milik pemerintah daerah.

“Teknologi tak bisa dilawan, GoJek ini kami manfaatkan untuk memudahkan pasien miskin. Kan kasihan, sudah sakit, masih harus menunggu obat disiapkan apoteker. Daripada menunggu obat, lebih baik langsung pulang untuk istirahat, nanti obatnya diantar. Ini semacam paket lengkap, warga miskin berobatnya sudah dibiayai pemerintah, obatnya diantarkan sampai rumah,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, usai penandatanganan MoU di Pendopo Saba Swagatha Blambangan, Selasa (10/10/2017).

Pada pertengahan September lalu, Anas juga meluncurkan program layanan antar obat “Gancang Aron” (Lekas Sembuh). Namun, jangkauannya terbatas di sekitar rumah sakit. Dengan sinergi bersama GoJek, jangkauan layanan diperluas. Layanan ini untuk membantu pasien miskinLayanan ini untuk membantu pasien miskin (Foto: Ardian Fanani) “Kenapa gandeng GoJek? Sekarang eranya kolaborasi. Kalau jalan sendiri, ujungnya proyek pengadaan armada kendaraan, maka tidak efisien,” imbuh Anas.

Dalam sinergi ini, GoJek mengantarkan obat ke rumah pasien yang dirawat jalan di rumah sakit daerah. Akan disediakan pos khusus di rumah sakit. Seusai berobat ke dokter, warga hanya perlu ke pos tersebut, lalu diproses petugas.

Selain memudahkan pasien miskin, layanan ini secara khusus juga memudahkan pasien yang telah berobat rutin ke rumah sakit, karena dokter tinggal berkoordinasi dengan petugas layanan ini. Petugas pengantar dari GoJek telah dilatih cara membawa obat dan aspek dasar lainnya.

Anas mengapresiasi GoJek yang punya visi kewirausahaan sosial. “Gojek adalah satu dari sedikit lembaga bisnis yang bervisi kewirausahaan sosial. Bisnis bukan cuma cari untung, tapi ada unsur mengajak orang lain maju bersama,” ujar Anas. (Dari berbagai sumber / IN Rosyadi)

Iman NR

Back to top button