Pemerintahan

Eko Supriatno: Sekretaris Daerah Banten Pilihan Andra Tak Masuk Wacana Publik

Pengamat Sosial Politik, Eko Supriatno meyakini Gubernur Banten, Andra Soni kemungkinan akan memilih orang yang bakal menjadi Sekretaris Daerah (Sekda) Banten yang figurnya justru tidak masuk dalam wacana yang bergaung di publik.

Demikian dikemukakan Eko Supriatno, Pengamat Sosial Poltik yang juga Dosen Fakultas Hukum dan Sosial Mathalul anwar Banten dalam keterangannya yang diterima MediaBanten.Com, Jumat (16/5/2025).

Katanya, penunjukan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Banten menjadi salah satu keputusan strategis yang kini dinanti publik. Di tengah dinamika birokrasi dan spekulasi nama-nama calon yang beredar,

Eko mengatakan, posisi Sekda bukan sekadar jabatan administratif, melainkan simpul koordinatif tertinggi dalam struktur birokrasi daerah. Karena itu, ia menekankan pentingnya pengalaman, kematangan, serta kapasitas teknokratis calon yang akan ditunjuk.

“Sekda adalah top level birokrat. Ia harus mampu menerjemahkan kehendak politik kepala daerah ke dalam gerak kerja birokrasi yang sistemik dan terukur,” ujar Eko.

Dia menyampaikan bahwa latar belakang Gubernur Andra Soni dan Wakil Gubernur yang sama-sama berasal dari jalur politik menjadi faktor penting dalam memilih figur sekda yang kuat secara teknokratik dan tidak terjebak pada tarik-menarik kepentingan.

“Butuh figur yang matang secara birokrasi, bukan sekadar populer. Sekda harus fokus bekerja, bukan sibuk konsolidasi politik,” tegasnya.

Nama-nama seperti Nana Supiana, Rina Dewiyanti, Deden Apriandhi, Virgojanti, Komarudin, dan Wawan Gunawan memang santer disebut publik.

Namun, Eko mengingatkan bahwa proses pengambilan keputusan tidak selalu linier dengan suara media atau bisik-bisik politik.

“Saya percaya Pak Andra telah memiliki kalkulasi sendiri. Ia pasti mengamati langsung performa para birokrat sejak awal masa jabatannya. Pengalaman beliau sebagai Ketua DPRD sebelumnya menjadi modal penting dalam mengenali kapasitas birokrasi Banten,” jelasnya.

Eko juga menyoroti aspek mekanisme penunjukan yang hingga kini belum final, apakah melalui sistem open bidding atau menggunakan pendekatan manajemen talenta.

Namun baginya, apa pun metodenya, outcomenya harus mengarah pada satu hal, terpilihnya sekda yang mampu menggerakkan mesin birokrasi secara efektif.

“Sekda itu bukan juru bicara, melainkan koki utama. Ia yang meracik dan mengeksekusi menu pembangunan yang dirancang kepala daerah. Salah pilih koki, maka rasa masakan akan jauh dari cita rasa yang dijanjikan dalam kampanye,” sindir Eko secara halus.

Lebih dari sekadar jabatan, Sekda Banten ke depan diharapkan mampu menjadi penopang utama visi-misi Gubernur, menjaga stabilitas internal birokrasi, serta memulihkan kepercayaan publik terhadap tata kelola pemerintahan.

“Tantangan terbesar pemerintahan baru adalah menghindari jebakan salah kelola. Dan itu sangat bergantung pada siapa yang duduk sebagai sekda,” pungkas Eko. (IN Rosyadi)

Iman NR

Back to top button